Di sisi lain, Dedi Kurnia Syah juga menilai bahwa penggunaan konten pelanggaran HAM untuk menyerang Prabowo Subianto juga bisa dinilai bagian dari depresi politik yang dialami oleh kubu pemenangan Ganjar-Mahfud.
Sebab kata dia, sampai dengan saat ini tren elektabilitas Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam kontestasi politik elektoral semakin tidak menguntungkan, yakni mengalami tren penurunan dari setiap periode survei yang dilakukan.
“Saya kira Ganjar mungkin ya atau siapa pun yang menggunakan isu-isu HAM ini, itu dalam nuansa yang depresi, depresi dalam artian elektabilitasnya tidak kunjung naik, tidak kunjung meningkat,” tandasnya.
Dengan demikian, ia juga tak yakin bahwa isu pelanggaran HAM ini akan ditindaklanjuti oleh Ganjar setelah mengungkit-ungkit kasus itu sebagai bahan kampanye semata.
“Saya kira mereka yang menggunakan isu-isu pelanggaran HAM ini saya kira hanya sebatas materi kampanye semata,” tukas Dedi.
Terakhir, akademisi dari Telkom University Bandung tersebut mengatakan, bahwa kesalahan Ganjar saat ini adalah kegamangannya dalam menentukan siapa lawan politiknya. Jika menilik Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar melalui gagasan Perubahannya, jelas terlihat bahwa rival mereka sebenarnya adalah Prabowo-Gibran yang merepresentasikan keberlanjutan dan perbaikan dalam pemerintahan Joko Widodo saat ini.
“Ganjar termasuk yang saya lihat dia tidak tahu rival dia itu sebetulnya siapa. Kalau Anies Baswedan itu jelas rivalnya, rivalnya adalah Prabowo Subianto dan Jokowi, artinya semua yang terafiliasi dengan Joko Widodo yang kemudian merujuk pada Prabowo Gibran itu adalah rival dari Anies Baswedan,” jelasnya.
Sementara Ganjar, justru alat kelamin serangannya tidak terlalu kentara. Sebab, sampai dengan saat ini serangannya terkesan fokus ke Prabowo Gibran, sementara Anies-Imin juga tak jarang ikut kena serangan politik dari Tim Pemenangan Nasional (TPN).
“Ganjar Pranowo satu waktu dia akan serang Jokowi, satu waktu dia serang juga Gerindra, satu waktu serangan Prabowo. Sesekali juga dia serangan Anies Baswedan. Dan itulah kegamangan yang dihadapi oleh Ganjar Pranowo,” pungkasnya.