HOLOPIS.COM, JAKARTA – Staf Khusus Ketua BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Antonius Benny Susetyo alias Romo Benny menilai, bahwa pemilihan umum harus dilakukan dengan cara yang dewasa. Di mana memilih pemimpin harus dengan rasionalitas, bukan sekadar emosional.

“Ya kalau pemilih itu kan harus punya kesadaran bahwa dalam politik itu kan harus rasional ya,” kata Romo Benny kepada Holopis.com, Kamis (8/2).

Salah satu cara untuk bisa memilih berdasarkan rasionalitas adalah, ketika memilih pemimpin yang dilihat bukan sekadar like and dislike semata, akan tetapi melihat rekam jejaknya, hingga program kerja yang ditawarkan.

“Karena rasional maka mau tidak mau dalam berpolitik ini ya orang harus tahu rekam jejak, prestasinya, juga harus tahu punya program realistis atau tidak. Nah, itu yang harusnya ditimbang oleh para pemilih,” ujarnya.

Dengan cara seperti itu, Romo Benny yakin bahwa pemilihan umum nanti akan berlangsung dengan baik dan kondusif, serta bisa menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyat.

“Kalau pemilihnya jadi pemilih yang cerdas, jadi tidak mudah dikendalikan, dipengaruhi oleh yang namanya emosional saja,” tuturnya.

Lebih lanjut, untuk mendapatkan pemilih yang rasional tentu ada tanggung jawab besar dari penyelenggara negara hingga partai politik. Di mana mereka harus bisa menghadirkan pendidikan politik yang baik dan dewasa kepada masyarakat, khususnya bagi mereka yang sudah memiliki hak piliha atau hak suara.

“Lha menjadi pemilih yang rasional itu yang sebenarnya harus menjadi agenda pendidikan politik bagi semua orang. Sehingga tidak mudah juga dipengaruhi oleh survei-survei juga,” tukasnya.

Kecerdasan politik ini menurut Romo Benny sangat penting untuk menunjukkan kedewasaan demokrasi di Indonesia. Sebab, memilih pemimpin tidak lagi sekadar melihat sosok karena pengaruh dari orang lain.

“Karena dengan dewasa itu, orang bisa menentukan pilihan itu berdasarkan pencarian dia, dia punya pengetahuan tentang siapa sosok yang akan didukung, bagaimana sosok itu mampu menjalankan visi-misinya, bagaimana sosok itu mampu misalnya realistis nggak programnya, gitu lho,” terang Romo Benny.

“Jadi, dengan kedewasaan dalam pengertian mereka memiliki pendidikan politik yang cukup, itu semakin membuat pilihannya rasional, tidak emosional,” sambungnya.