HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik sekaligus akademisi dari Universitas Paramadina Jakarta, Sunano menyampaikan pendapatnya bahwa banyak pemilih pada Pilpres saat ini aksesnya terbatas, karena pemindahan domisili.
Menurutnya, dari beberapa daerah yang memiliki status tenaga kerja, terbatasnya akses memilih karena pemindahan domisili itulah hal yang terjadi saat ini dari sisi demografi.
“Kalau dari sisi demografi tuh begini, di usia milenial itu sebagian besar pekerja, yang ini jarang dilihat bahwa sepanjang saya ke beberapa daerah, mereka statusnya sebagai tenaga kerja, banyak yang bekerja di DKI, kemudian mereka, akses memilihnya agak terbatas terhadap pemindahan domisili,” kata Nano, panggilan akrabnya kepada Holopis.com beberapa waktu yang lalu.
Jika persoalan ini tidak diselesaikan segera, dikhawatirkan pemilu serentak yang hendak dihelat tanggal 14 Februari 2024 mendatang akan banyak angka golput. Bukan karena persoalan tidak mau memilih, akan tetapi akses untuk ikut menyalurkan suara menjadi penghambat bagi mereka.
“Nah ini satu problem, kalo saya lihat begini, kalau pemilih muda hari ini sangat menentukan suara untuk pemilihan tingkat presiden maupun di tingkat DPRD kota, tetapi problem utama mereka banyak yang kehilangan hak suara,” ucapnya.
Menurut pengamatannya, bagi masyarakat atau anak muda yang sebagai pekerja khususnya di daerah-daerah tambang, mereka memiliki peluang untuk kehilangan hak pilihnya karena keterbatasan domisili, dan itu merupakan suatu masalah besar dalam konteks pemilu dengan bonus demografi seperti tahun 2024 ini.
“Kalau saya lihat mereka dari sisi pekerja sih, hampir sebagian besar. Apa lagi yang di daerah-daerah tambang khususnya, seperti sentral di Sulawesi Tenggara, mereka kehilangan hak pilihnya, ini merupakan suatu problem,” tutur Sunano.
Atasi masalah akses pilih secepat mungkin
Oleh sebab itu, Nano menjelaskan bahwa permasalahan potensi angka golput dari anak-anak muda ini harus dipikirkan lebih matang lagi. Hal itu karena posisi yang strategis akan sumbangsih suara mereka dalam pesta demokrasi ini. Namun demikian, Nano melanjutkan, bahwa kesempatan yang dimiliki mereka untuk memilih tidak cukup besar saat ini.
“Sehingga ketika kita bicara tentang potensi penentu suara mereka itu, menurut saya, ini yang harus dipikirkan bahwa, mereka memiliki posisi strategis terhadap sumbangsih suara, tetapi kesempatan dia untuk memilih ini tidak cukup besar, itu yang pertama,” tambahnya.
Kemudian, menurutnya sangat penting untuk saat ini melakukan edukasi politik secara menyeluruh dengan menggunakan media sosial yang mendominasi era digitalisasi. Sosialisasi dan edukasi ini penting agar pesan pemilu tersampaikan dengan sebaik mungkin.
“Kedua, saya melihat bahwa hari ini penting untuk melakukan edukasi secara menyeluruh, melihat kini posisi medsos begitu mendominasi, sehingga edukasi melalui medsos ini penting,” ucapnya.