HOLOPIS.COM, JAKARTA – Fahri Hamzah ikut menanggapi wacana koalisi antara pihak PDIP dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora tersebut pun mengaku awalnya kaget ketika melihat wacana bersatunya kedua rival yang sebelumnya sempat saling serang tersebut.
“Gak enak mendengar kabar bergabungnya 2 ekstrem yang selama ini bagai minyak dan air,” kata Fahri Hamzah dalam unggahannya di media sosial X seperti dikutip Holopis.com, Jumat (12/1).
Mantan pimpinan DPR itu pun mempertanyakan akal sehat kedua belah pihak yang bersepakat untuk melawan seorang Presiden Jokowi.
“Hanya karena benci lalu bersatu. Dimanakah suara hati? Di manakah akal sehat? Di manakah dalil dan hujjah?” ucapnya.
Dalam unggahan tersebut Fahri kemudian ingin mendapatkan jawaban dari kedua belah pihak apakah wacana koalisi tersebut sebenarnya terbentuk karena ada kesepakatan yang tertunda oleh sebuah sikap emosional.
“Kepada mereka kita bertanya, ‘jadi selama ini hanya emosi belaka?” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kembali mengklaim bahwa mereka telah menjalin komunikasi dengan pihak Timnas Amin untuk melawan pihak pemerintahan Jokowi.
Meskipun sebelumnya pihak Timnas sudah berkali-kali membantah, Hasto tetap saja menyebut kedua pihak sama-sama merasakan adanya kecurangan dalam Pemilu 2024.
“Kami membangun komunikasi politik. Tim hukum dari pasangan Ganjar-Mahfud dan pasangan Anies-Cak Imin telah melakukan komunikasi,” kata Hasto, Rabu (10/1).
Dalam komunikasi tersebut, pria yang pernah diperiksa dalam kasus buronnya Harun Masiku itu pun sesumbar bahwa ada kesamaan antara kedua belah pihak.
“Bahkan di dalam komunikasi itu kita merasakan kecenderungan kecurangan secara terstruktur, masif dan sistematis,” tuturnya.
“Karena itulah kami membangun komunikasi dan bersama-sama mengantisipasi, apapun rakyat yang seharusnya berdaulat,” sambungnya.
Hasto juga menyebut, pihaknya bersama pasangan nomor urut 1 akan sama-sama menghadapi intimidasi dan tekanan dari penguasa selama tahapan Pilpres 2024.
“Kita hadapi bersama-sama kekuatan intimidasi, yang mencoba menyalahgunakan kekuasaan,” pungkasnya.