HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengungkap alasan pemerintah masih akan melakukan impor beras di tahun 2024. Dia beralasan, impor tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri kala hasil penen petani masih rendah di semester pertama tahun ini.
Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras bulanan pada Januari 2024 tercatat hanya sebesar 900 ribu ton. Kemudian pada Februari 2024 sebesar 1,3 juta ton.
Angka tersebut, kata Arief, masih berada di bawah rata-rata konsumsi beras bulanan dalam negeri, yang diperkirakan mencapai 2,5 juta ton.
“Kita tidak bisa menunggu stok habis sehingga perlu antisipasi agar stabilitas pangan tetap terjaga. Jadi kita perlu siapkan beberapa bulan ke depan. Apalagi dampak El Nino terhadap penurunan produksi itu, baru terasa dua atau tiga bulan berikutnya,” kata Arief dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (8/1).
Di sisi lain, impor beras itu juga dilakukan untuk memastikan penyaluran bantuan sosial (bansos) pangan terus berlanjut, guna menjaga daya beli masyarakat.
“Nah, pada saat yang sama kita juga terus menggulirkan bantuan pangan beras sebagai bantalan sosial bagi masyarakat berpendapatan rendah untuk mengendalikan inflasi,” ujarnya.
Meski demikian, Arief menegaskan, bahwa pemenuhan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) berasal dari produksi dalam negeri. Untuk itu, pihaknya juga mendorong melalui optimalisasi serapan hasil produksi petani pada musim panen mendatang.
Arief pun meminta Perum Bulog dan BUMN pangan untuk bersiap menyerap hasil produksi petani dengan harga yang terbaik.
“Nanti jika sudah waktunya, Perum Bulog bersinergi dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan koperasi untuk menyerap hasil produksi petani,” tandas Arief.