HOLOPIS.COM, JABAR – BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyalurkan sejumlah bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Karawang yang terdampak bencana banjir selama sepekan terakhir.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Fajar Setyawan pun menyampaikan bantuan tersebut langsung kepada Plt. Bupati Karawang Aep Syapuloh.
“Bantuan berupa Dana Siap Pakai ini dalam rangka percepatan penanganan darurat banjir menyusul bencana banjir yang melanda wilayah Karawang,” kata Abdul dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (8/1).
Penyerahan DSP senilai Rp250 juta itu kemudian juga ditambah dengan bantuan logistik dan peralatan juga diberikan seperti perahu katamaran, tenda pengungsi, sembako, hygiene kit, selimut, matras, dan pompa air.
Pada kesempatan tersebut, Fajar mengapresiasi langkah penanganan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam meminimalisir dampak bencana banjir yang terjadi hingga menangani para pengungsi.
“Sehingga ke depan kami hanya tinggal memberikan penguatan saja dari apa yang dibutuhkan khususnya dalam penanganan darurat serta bisa membantu para pengungsi yang terdampak banjir ini bersama TNI-Polri,” ujarnya.
Banjir Masih Merendam
Hingga saat ini, banjir sendiri masih merendam 4 kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Akibatnya, sebanyak 2.298 jiwa dari 778 kepala keluarga terdampak karena permukimannya terendam banjir yang disebabkan oleh meluapnya air dari aliran sungai Cibeet.
Dihimpun dari laporan Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selain merendam pemukiman warga, banjir tersebut juga merendam 7 unit fasilitas ibadah dan 3 unit fasilitas pendidikan dengan ketinggian muka air mulai dari 30 cm hingga 130 cm.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang Fery menerangkan, banjir yang terjadi di Kabupaten Karawang diawali karena hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak 1 Januari 2024, baik di Karawang maupun di wilayah hulu seperti Bandung dan Purwakarta serta Cianjur dan Bogor.
Hal tersebut kemudian menyebabkan meluapnya air di aliran sungai Cibeet, Citarum, dan Cidawolong hingga merendam permukiman warga di 5 desa dari 4 kecamatan.
“Memang dari awal tahun (intensitas) hujan cukup tinggi di Karawang dan wilayah hulu sehingga debit air jadi tinggi kemudian meluap ke permukiman warga di Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang Barat, Telukjambe Timur, dan Kecamatan Rawamerta, tapi paling besar dampaknya itu di Desa Karangligar dan Mekarmulya di Kecamatan Telukjambe Barat,” ujar Fery.
Fery mengatakan, eskalasi banjir bisa terus bertambah dikarenakan sejumlah faktor mulai dari faktor cuaca dan faktor topografi di wilayah Karawang khususnya daerah aliran sungai yang lebih rendah dan cenderung melengkung.
Bencana banjir akibat luapan air sungai tersebut diakuinya peristiwa yang kerap kali terulang setiap tahun. Untuk itu, pihaknya mengaku perlu langkah teknis yang tepat dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut.
“Jadi karena selain kiriman dari hulu, kalau Citarum itu dari Bandung dan Purwakarta tapi kalau sungai Cibeet itu di Cianjur dan Bogor tetapi juga karena kondisi daerahnya yang mencekung yang membuat potensi banjir itu makin besar dengan terjadinya back water,” terangnya.