HOLOPIS.COM, JAKARTA – PKS membantah bahwa mereka telah menawarkan kursi cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan di Pemilu 2024 mendatang.
Juru Bicara PKS, Muhammad Kholid bahkan menyebut, pembicaraan partai pada saat itu dengan Mahfud MD hanya pembicaraan non formal dan tidak serius.
“Saat itu tidak ada tawaran resmi dari PKS ke Pak Mahfud Md. Situasinya saat itu sedang dalam obrolan pertemanan dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu ketika silaturahim,” kata Kholid pada Senin (18/12) seperti dikutip Holopis.com.
Bahkan, Kholid mengklaim bahwa pembicaraan itu timbul hanya melalui celetukan seorang kader tanpa adanya keseriusan apapun.
“Kemudian ada salah satu anggota tim rombongan dari DPP PKS yang nyeletuk di tengah-tengah obrolan yang spontan saja disampaikan apa Pak Mahfud ada keinginan jadi cawapres Pak Anies. Dan karena itu celetukan spontan, ya tentu nuansa diskusinya tidak resmi dan tidak terlalu serius sebagai sebuah tawaran politik,” tukasnya.
Kholid kemudian menjelaskan, misi pertemuan mereka pada saat itu hanya sebatas silahturahmi membahas situasi politik terkini.
“Misi utama silaturahim ke Pak Mahfud itu bukan dalam rangka menawari beliau Cawapres, tapi lebih kepada menyampaikan keprihatinan situasi penegakan hukum dan demokrasi di Indonesia,” ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, Mahfud MD kembali mengungkit cerita bahwa dirinya telah diminta untuk menjadi pendamping Anies Baswedan sebagai calon wakil presiden.
Dalam sesi tanya jawab dalam kuliah umum di Universitas Bung Hatta, Kota Padang, Sumatra Barat, Mahfud MD mengungkapkan ada utusan dari PKS untuk menawari dirinya jabatan tersebut.
“Betul, saya pernah ditawari untuk menjadi cawapresnya Pak Anies. Tetapi bukan oleh koalisi, oleh PKS. Pada waktu itu PKS menggagasi beberapa orang, lalu datang ke rumah saya, ‘Bapak mau nggak kalau kami calonkan sebagai cawapresnya Pak Anies karena kami koalisi?” kata Mahfud MD.
Menko Polhukam RI itu pun langsung menolak mentah-mentah tawaran tersebut karena dirinya sudah mendapatkan informasi bahwa Partai Demokrat akan keluar dari koalisi.
“Saya bilang waktu itu tidak. Kenapa? Karena koalisi Anda saat itu, ketika itu, koalisi Anda itu mau pecah. Itu Partai Demokrat yang dipimpin oleh AHY bilang, kalau tidak mencalonkan AHY, Demokrat akan keluar dari koalisi,” bebernya.
Para penggemar film superhero sebentar lagi akan kembali dimanjakan dengan film Superman karya James Gunn…
FIBA merilis bahwa Indonesia masuk dalam daftar 4 besar negara di dunia yang masyarakatnya gandrung…
Pebalap senior Fitra Eri memberikan contoh yang baik bagi para orang tua. Pasalnya, ia tetap…
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli menegaskan bahwa meskipun kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mengalami kenaikan menjadi…
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan tentang penerapan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar…
Merayakan Natal biasanya melibatkan berbagai acara, mulai dari pertemuan keluarga hingga pesta. Dengan segala keseruan…