HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah berencana untuk menarik utang baru senilai Rp648,1 triliun pada tahun 2024. Hal itu sebagaimana tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Deni Ridwan mengakui, bahwa utang Indonesia secara nominal terus mengalami kenaikan.
Namun kata dia, utang baru yang akan diambil pemerintah di tahun depan itu untuk menutup defisit APBN 2024, yang ditarget senilai Rp522,8 triliun, atau 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Secara nominal utang kita bertambah. Tahun depan dengan defisit sekitar 2,9 persen rata-rata kemungkinan kalau nggak ada penurunan defisit, utang kita bertambah Rp600 triliun,” ujar Deni dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (18/12).
Deni pun melanjutkan, naiknya angka penarikan utang pada tahun 2024 itu memang akan berdampak pada penambahan pembiayaan untuk pokok, berikut dengan bunganya.
Namun kata Deni, rasio utang Indonesia terhadap PDB masih terbilang aman. Bahkan menurutnya, lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya di kawasan ASEAN.
“Kalau kita bandingkan dengan negara peer, kita dengan debt to GDP (rasio utang terhadap PDB) makin kecil sekarang sekitar 37 persen. Kalau awal pandemi 40 persen, ini relatif masih rendah let’s say ASEAN country Malaysia, Filipina, Thailand mencapai 70 persen,” ujar Deni.
Sebagaimana diketahui, target pembiayaan utang dalam RAPBN 2024 secara tahunan atau year on year (yoy) lebih tinggi dari outlook pembiayaan utang di tahun ini yang sebesar Rp406,4 triliun.
Namun bila dibandingkan dengan target pembiayaan utang di tahun 2023 yang hampir menyentuh angka Rp700 triliun, atau tepatnya Rp696,3 triliun, target pembiayaan utang tahun 2024 yang sebesar Rp648,1 triliun masih terbilang lebih rendah.