HOLOPIS.COM, JAKARTA – Partai Solidaritas Indoenesia (PSI) meradang dengan pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menanggapi hasil temuan PPATK mengenai adanya transaksi janggal di masa kampanye.
Sekjen PSI Raja Juli Antoni awalnya menjawab mengenai tudingan partai kecil, namun bisa memiliki jumlah baliho yang begitu banyak di saat ini dibandingkan jumlah pengurusnya.
“Saya merasa sejak Mas Kaesang masuk PSI, PSI sekarang sudah bukan partai kecil lagi. Jadi mungkin bukan itu yang dimaksud Mas Hasto,” kata Raja Juli dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (17/12).
Raja Juli pun menegaskan bahwa pengurus PSI terbilang sudah rapi sampai ke kecamatan-kecamatan, kelurahan bahkan di desa. “Jadi jumlah pengurusnya juga lebih banyak,” imbuhnya.
Bahkan, termasuk soal alat peraga kampanye, Raja Juli menyayangkan ketika seorang Hasto berbicara tidak berdasarkan data dan hanya berasumsi.
“Mungkin Mas Hasto mesti baca beberapa survei, mungkin beliau sibuk ya, mengurus Pak Ganjar, mengurus partai. Menurut survei indikator, APK paling banyak itu namanya partainya PDIP. PSI urutan ke-11. Jadi ada baiknya survei itu dibaca,” tegasnya.
Raja Juli kemudian menantang PPATK untuk membuka data transaksi janggal tersebut dan dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh PSI.
“Dan justru saya meminta supaya PPATK mulai saja menyebutkan kepada publik partai apa yg diendus bahasanya itu ada transaksi ya triliunan. PSI sih partai terbuka, partai transparan, siap justru untuk adu data. Semua laporan keuangan ya kampanye itu pasti akan dipublish oleh PSI apalagi kalau yang minta PPATK ya kita akan sampaikan,” tandasnua.
“Jadi sekali lagi kami sangat setuju untuk dibuka seterang-terangnya kepada publik,” lanjutnya.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto sebelumnya sempat menyerang sejumlah partai pendatang baru yang dianggap memiliki baliho cukup banyak di Pemilu kali ini. Hasto yang pernah diperiksa di kasus korupsi Harun Masiku ini pun kemudian malah menuduh seharusnya partai tersebut patut dicurigai.
“Misalnya sekarang ada partai yang tanpa diketahui darimana tiba-tiba bisa memasang balihonya di seluruh nusantara, balihonya itu lebih banyak daripada jumlah pengurusnya,” kata Hasto, Jumat (15/12).