HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Agama tengah mendorong agar lingkungan pesantren bisa berdaya saing tidak hanya dalam sektor pendidikan saja, akan tetapi juga di sektor ekonomi. Kolaborasi menjadi penting agar ekonomi pesantren bisa saling tumbuh.
“Mungkin ada yang bisa bertukar produk untuk didagangkan di tempatnya masing-masing, sehingga bisa memenuhi kebutuhan satu dengan yang lain,” kata Gus Yaqut dalam keterangannya, Sabtu (16/12) seperti dikutip Holopis.com.
Dalam kegiatan Sarasehan Peningkatan Prestasi dan Kemandirian Pesantren di Jakarta International Expo (JIEXPO), Gus Yaqut ingin sekali ekonomi pesantren semakin maju.
“Jadi, Sarasehan Kemandirian Pesantren ini menjadi ajang untuk memperkuat ekonomi pesantren,” tegasnya.
Kemudian, dijelaskan oleh Gus Yaqut, bahwa program Kemandirian Pesantren sudah bergulir sejak 2021. Saat ini, tercatat ada 2.600 pesantren penerima manfaat Program Kemandirian Pesantren, tersebar di 34 Provinsi.
Menteri yang juga merupakan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) tersebut mengatakan, bahwa pemerintah tengah menargetkan akan ada 5.000 pesantren penerima bantuan inkubasi bisnis ini hingga 2024.
“Saat ini sudah ada sekitar 2.600 penerima bantuan, dan ada 127 di antaranya yang sudah mengembangkan Badan Usaha Milik Pesantren atau BUMPes,” paparnya.
Lebih lanjut, Gus Yaqut juga mengajak semua kalangan pesantren terus bersinergi dan bersliaturrahmi untuk bersama-sama membangun kemandirian ekonomi pesantren.
“Jika silaturahmi ini terus dilakukan maka keinginan kita untuk memandirikan pesantren melalui program inkubasi bisnis ini bisa dengan segera kita capai tujuannya,” pungkasnya.