HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menyampaikan wanti-wantinya kepada semua pihak, khususnya Kepolisian untuk melakukan deteksi dini terhadap potensi serangan amaliyah kelompok terorisme.

Hal ini disampaikan mengingat saat ini adalah momentum favorit kelompok radikal dan ekstremis tersebut melakukan serangan untuk menunjukkan eksistensi mereka.

“Desember memang jadi momen favorit mereka melakukan aksi-aksi, makanya intelijen dan Polri khususnya Densus 88 haris waspada betul, jangan tunggu ada aksi teror baru kerja,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Jumat (15/12).

Ia pun mengapresiasi kabar adanya penangkapan 9 (sembilan) orang terduga teroris di Solo Raya kemarin. Menurutnya, ini menjadi bagian dari kerja-kerja antisipatif.

“Saya mengapresiasi, ini jadi langkah pencegahan dini. Tapi mohon lebih dimasifkan lagi, karena saya kira sel-sel tidur jaringan teroris ini masih banyak sekali,” ujarnya.

Sel-sel tidur ini kata Habib Syakur ada di seluruh kawasan rentan. Di Jawa Barat, ada sejumlah wilayah yang menjadi lokasi persembunyian dan kamuflase jaringan teroris, baik dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) maupun Jamaah Islamiyah (JIS).

Selain di Jawa Barat, di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga tak sedikit. Menurut Habib Syakur, mereka banyak sekali membaur dengan masyarakat untuk menutupi aktivitas jaringan mereka.

“Mereka ada di mana-mana, pola pergerakan mereka memang sudah berubah, yang semula koloni di satu wilayah, sekarang membaur, secara kasat mata tak bisa dikenali apakah dia teroris atau tidak,” tuturnya.

Untuk mengetahuinya, tentu dengan pendalaman aktivitas keagamaan dan aktivitas sosial mereka dalam sebuah komunal tertentu walaupun secara keseharian, mereka cenderung bisa seperti bunglon.

“Pendekatannya kan memang manipulatif, mereka seperti bunglon, aktivitas masyarakat diikuti semua dan cenderung ramah. Tapi siapa sangka mereka terafiliasi dengan jaringan terorisme,” tukasnya.

Oleh sebab itu, Habib Syakur menyarankan kepada Kadensus 88 AT yang saat ini, yakni Brigjen Pol Sentot Prasetyo untuk melakukan langkah super antisipatif. Apalagi saat ini bukan sekadar momentum favorit, akan tetapi super favorit di mana ada momentum Pemilu.

“Bukan cuman isu natal dan tahun baru, tapi ada momentum politik Pilpres dan Pileg, siapa sangka justru malah ada ledakan bom. Ini berbahaya dan bisa menjadi bencana sosial politik. Kadensus baru harus lebih peka dan agresif,” pungkasnya.