HOLOPIS.COM, JAKARTA – Penyanyi Taylor Swift baru saja terpilih menjadi Person of The Year atau ‘Orang Terbaik Tahun Ini’. Terlepas dari prestasi Taylor Swift yang tidak perlu diragukan lagi, banyak yang tidak setuju dengan Keputusan majalah populer itu.
Apalagi, banyak yang menilai terpilihnya seorang penyanyi pop itu sebagai orang terbaik saat sebuah negara sedang menderita dan mengalami penjajahan, membuat banyak pihak merasa geram.
Selain karena seolah tidak memerdulikan apa yang sedang terjadi di Palestina, netizen juga membandingkan Person Of The Year yang dipilih oleh majalah Time.
Di tahun 2022, Time memilih Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy sebagai Orang Terbaik ketika negaranya, Ukraina sedang dibombardir habis-habisan oleh Rusia.
Hal itu pun seolah-olah menunjukkan ketidakadilan dan sikap memihak yang dilakukan oleh media Barat tersebut.
“Time’s Person Of The Year ketika Rusia menjajah Ukraina vs ketiks Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina,” kata pemilik akun Twitter @vivafalastin.
times person of the year when russia invaded ukraine vs when israel is committing literal genocide against palestinians pic.twitter.com/rvhzkUUXxu
— sippin on that ???????? (@vivafalastin) December 6, 2023
Kemudian pemilik akun Twitter lainnya membuat komentar sarkasme terkait betapa Taylor Swift lebih penting dari seorang jurnalis muda yang membahayakan nyawanya sendiri demi mengabarkan penderitaan warga Palestina.
“23-24 tahun jurnalis yang memberitakan Palestina ditengah kejahatan perang, kelaparan, kehilangan orang yang mereka sayangi dan mereka tetap bertahan. Tetapi tentu saja, Taylor Swift lebih mempengaruhi banyak kehidupan tahun ini,” kata @premystic.
23-24 year old journalists reporting in Palestine amidst a war crime, starvation, losing their loved ones and they still kept going on
But sure Taylor Swift impacted more lives this year ???? https://t.co/ciz3BCXRhs
— Buc Nasty ???? (@premystic) December 6, 2023
Seperti diberitakan Holopis.com sebelumnya, Israel saat ini semakin melancarkan bombardir mereka di Palestina.
Alhasil, korban jiwa di Palestina pun bertambah, dan jumlah orang luka-luka terus bertambah, menurut penjelasan dari Kementerian Kesehatan Gaza.
“17,177 warga Palestina meninggal dunia dan 46 ribu orang luka-luka sejak 7 Oktober saat Israel pertama kali mengebom Gaza karena serangan kelompok Hamas,” demikian disampaikan Jubir Kemenkes Gaza, Ashraf Al-Qidra, dikutip Holopis.com, Jum’at (8/12).
Dijelaskan pula bahwa dalam 24 jam terakhir, sudah ada 350 orang meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus dilanjutkan pasca gencatan senjata dihentikan.