Lagi, Aksi Bullying di SD Sukabumi, Tangan Leon Patah Sampai Sekolah Diduga Ikut Intimidasi

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Malang sekali nasib Napoleon alias Leon, seorang siswa di Sekolah Dasar atau SD Swasta di Sukabumi, Jawa Barat harus mengalami nasib yang sangat menyedihkan, dibully di sekolah, tangannya patah hingga diintimidasi selama setahun agar tak membuka detail kejadian sebenarnya kepada siapa pun.

Kisah pilu ini muncul dan ramai diperbincangkan banyak orang usai Mellisa Anggraini, pengacara publik yang sempat menangani kasus penganiayaan David Ozora bersuara.

“Saya ingin bercerita tentang kasus kekerasan terhadap anak di Sukabumi Kota bernama Leon,” kata Mellisa mengawali pemaparannya seperti dikutip Holopis.com, Kamis (7/12).

Ia menceritakan bahwa Leon sudah setahun terakhir ini menutup rapat kronologi sebenarnya atas apa yang dialaminya, hingga membuat tangannya patah dan harus dioperasi 7 (tujuh) bulan yang lalu.

“12 bulan Leon mengalami perundungan di lingkungan sekolah, sampai akhirnya 7 bulan lalu lengannya harus dioperasi karena patah didorong dan dihantam oleh teman sekolahnya,” ujarnya.

Kejadian itu sebenarnya berlangsung sekitar bulan Agustus 2022, saat itu Leon mengalami tindakan bullying dan kekerasan dari teman-temannya di sekolah. Hingga insiden itu membuat Leon mengalami patah tulang lengan.

Yang menjadi mirisnya adalah, insiden tersebut diketahui dengan jelas oleh sang guru, bukannya dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan medis, justru bocah tersebut hanya di bawa ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Leon Sukabumi
Kondisi Napoleon usai mengalami tindakan intimidasi temannya di sekolah. [foto : Dokumen Mellisa]

Ditambah lagi dalam peristiwa tersebut, orang tua pelaku justru dipanggil lebih dahulu untuk datang ke sekolah sebelum orang tua korban. Di sana ada sebuah upaya pembuatan skenario cerita tentang sebab tangan Leon patah, yakni korban jatuh sendiri karena bermain, sembari diintimidasi agar memastikan skenario orang tua pelaku dan guru sekolahnya diamini oleh korban.

“Pasca lengannya patah, guru-guru bukan segera membawa Leon ke RS, namun malah menyusun siasat dan kronologis yang akan disampaikan kepada orang tua Leon, bahkan orang tua pelaku datang lebih dulu dibanding orangtua Leon sendiri,” terang Mellisa.

Sepanjang kejadian itu, orang tua Leon sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian sampailah tangan Leon dioperasi hingga sembuh.

Sayangnya, berdasarkan cerita Mellisa, nasib buruk Leon tidak berhenti di situ saja. Saat ia kembali masuk sekolah, selama itu ia selalu mendapatkan tekanan fisik dan psikis dari teman-temannya di sekolah, dan pihak guru pun cenderung membela para pelaku.

“Pasca tangannya sembuh, Leon masih terus bersekolah. Di sekolah itu dengan santapan intimidasi setiap hari, ia takut dan tak mampu bercerita kepada siapa pun. Terbayang nanti ia akan dikeroyok oleh banyak pihak jika bercerita. Hingga Leon menjadi sosok pemurung dan diam,” paparnya.

Bekas Operasi
Bekas operasi tangan Leon akibat patah tulang.

Setelah 7 (tujuh) bulan berlangsung, orang tua Leon kabarnya baru mengetahui kronologi sebenarnya terkait apa yang dialami oleh putranya itu.

“Terbayang, baru 7 bulan setelah kejadian itu ayah Leon baru mengetahui kejadian yang sebenarnya, bahwa Leon didorong dan ditindih temannya dan semua guru tahu hal tersebut,” jelasnya.

Selanjutnya, Leon dibawa ke psikolog untuk mengetahui apa yang selama ini membuat bocah imut tersebut harus menjadi sosok anak yang pemurung dan pendiam. Ternyata diketahui selama 12 bulan lamanya, ia merasakan serangan psikis dan fisik. Tidak hanya dari teman-temannya di sekolah, akan tetapi juga oleh para guru.

“Menurut keterangan Leon, bahkan guru-guru dan orang tua pelaku juga kerap mengintimidasi dan tak segan juga melakukan kekerasan fisik terhadap Leon, tak terbayangkan Leon menyimpan semua itu sendiri hampir setahun ini,” tukasnya.

Disinyalir oleh Mellisa, pelaku pembullyian adalah anak-anak yang memiliki orang tua berpengaruh di sekolah, sehingga pihak sekolah pun tak mampu melakukan apa pun dan cenderung memberikan perlindungan kepada para pelaku.

“Saya sudah bertemu Leon, dia sampai bercerita dia sempat ingin minum obat tidur, karena benar-benar tidak bisa tidur akibat merasa takut dan tertekan, dalam sekali luka batin anak ini, entah di mana hati pihak sekolah dan orang tua pelaku,” tandasnya.

Kasus Sudah Dilaporkan, Polisi Diam

Lebih lanjut, Mallisa juga menyampaikan bahwa kasus ini sudah pernah dilaporkan oleh orang tua Leon ke Polres Kota Sukabumi, namun sejak kasusnya masuk ke Polisi pada tanggal 16 Oktober 2023, kasusnya mandeg.

“Ayah Leon sudah melaporkan hal ini ke Polres Kota Sukabumi sejak 16 Oktober lalu, namun hingga saat ini proses hukum tidak kunjung naik ketahap penyidikan, hingga saat ini orang tua Leon terus berjuang mencari keadilan bagi anaknya,” papar Mellisa.

Berdasarkan penelusuran Holopis.com, kasus kekerasan dan bullying ini memang sudah masuk ke Polres Sukabumi pada tanggal 16 Oktober 2023. Di mana saat itu keluar Surat Tanda Terima Laporan Polisi atau STTLP dengan nomor STTLP/367/X/2023/SPKT/POLRES SUKABUMI KOTA/POLDA JAWA BARAT.

Pada tanggal 17 Oktober 2023, Kepala Seksi Humas Polres Sukabumi Kota, Iptu Astuti Setyaningsih menyampaikan bahwa laporan polisi yang menyeret 3 (tiga) nama siswa SD sudah ditangani oleh Unit PPA Reskrim Polres Sukabumi Kota.

Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada kabar kelanjutan dari kasus kekerasan dan bullying yang dialami oleh Leon tersebut.

Cerita perjuangan orang tua Leon sudah berlangsung lama sejak kasus ini dilaporkan ke Kepolisian. Silakan ikuti Instagram ayah Leon.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral