HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Rampai Nusantara, Mardiansyah mengatakan bahwa hoaks dan hatespeech yang muncul di permukaan selama ini bukan produk alamiah, akan tetapi sebuah desain yang diproduksi oleh pihak tertentu untuk tujuan mendegradasi lawan politik.
Bahkan kata Mardiansyah, hoaks dan hatespeech diciptakan oleh produsen khusus yang selama ini mencari keuntungan di balik perpecahan dan kekisruhan masyarakat.
Hal ini disampaikan oleh Mardiansyah dalam sebuah diskusi bertemakan “Polarisasi SARA, Hatespeech & Serangan Hoaks Bisa Terulang : Mampukah Elit & Akan Rumput Bikin Happy Ending Pemilu 2024 ?” yang diselenggarakan di Kopi Oey Melawai, Komplek Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (17/11).
“Industri itu ada karena dibutuhkan. (Kemenangan) di dalam pilpres itu kuncinya adalah bagaimana memobilisasi suara dan produksi agitasi propaganda,” kata Mardiansyah seperti dikutip Holopis.com.
Karena tujuannya adalah melakukan agitasi propaganda dan countering issue, maka produsen hoaks dan hatespeech subur di era saat ini. Bahkan sudah menjadi ladang yang menjanjikan khususnya di momentum politik seperti saat ini.
Terlebih kata Mardiansyah, tak jarang pula para pelaku politik acap kali menghalalkan berbagai cara agar bisa menggapai kemenangan, sekalipun harus menggunakan tim khusus untuk menyebar hoaks dan narasi negatif lainnya kepada lawan politik
“Kita sudah mengalami berbagai momentum demokrasi, bukan soal Pilpres tapi juga Pilkada. Yang mengkhawatirkan adalah semua tokoh elite politik dalam berkuasa adalah menghalalkan segala cara. Padahal kan nilai-nilai jauh lebih penting ketimbang kekuasaan,” tuturnya.
Sehingga dengan demikian, ia menilai bahwa masyarakat sukar menghindari adanya hoaks dan hatespeech tersebut sepanjang kebutuhan akan produksi hoaks dan hatespeech tersebut dibutuhkan untuk bertarung di pemilu.
“Tidak mungkin dalam proses kontestasi pilpres kita menghindari hoaks, hatespeech dan politisasi SARA. Karena ini yang mudah di-create untuk memanipulasi dan mempengaruhi opini publik. Makanya ini tadi muncul yang namanya industri hoaks dan sebagainya,” terang Mardiansyah.
Lantas bagaimana caranya agar publik bisa melewati pemilu 2024 nanti dengan baik tanpa harus terpengaruh oleh opini negatif dan hatespeech, termasuk hoaks. Mardiansyah memberikan catatan bahwa publik harus disadarkan tentang kemampuan mandiri dalam memilih dan memilah informasi yang mereka dapat.
Baginya, literasi digital sudah harus digalakkan kepada semua masyarakat agar tidak mudah mempercayai semua informasi yang mereka terima, khususnya di perangkat digital masing-masing.
“Agar ketiga hal tadi tidak mempengaruhi masyarakat agar mereka secara rasional bisa memilih pilihannya sesuai dengan akal pikirannya tanpa menjadi korban hoaks. Ini tantangan kita (untuk mengedukasi),” paparnya.
Pun demikian, aktivis 98 ini juga memberikan saran agar para peserta pemilu agar lebih arif dan bijaksana di dalam pelaksanaan kontestasi elektoral. Jangan sampai menghalalkan segala cara untuk menang.
Jika harus kampanye, maka bisa menggunakan cara-cara kreatif untuk menyampaikan ide dan gagasan sendiri sebagai bagian dari data tawar kepada masyarakat mereka mereka harus memilihnya.
“Miskin ide, miskin gagasan yang akhirnya mereka merasa perlu memproduksi hoaks dan politisasi SARA yang risikonya jelas tinggi sekali, karena dampaknya merusak nilai-nilai (Demokrasi), ” tandasnya.