HOLOPIS.COM, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, bahwa dinamika perekonomian global di sepanjang tahun 2023 berubah dengan cepat dan cederung semakin memburuk.
“Terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya bahkan meningkatnya ketegangan geopolitik, baik Rusia Ukraina, sekarang di Timur Tengah, serta agresifnya pengetatan moneter di Amerika Serikat,” kata Perry dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Selasa (14/11).
Perry mengatakan, dinamika pertama yang terjadi, yaitu pertumbuhan ekonomi global yang melemah. Untuk pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan sebesar 2,9 persen, dan lebih rendah 2,8 persen pada tahun depan.
Pelemahan ekonomi global ini, kata dia, disertai dengan divergensi sumber pertumbuhan ekonomi yang melebar. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi AS juga diperkirakan menguat. Ssementara di sisi lain, perekonomian China diperkirakan melambat karena pelemahan permintaan domestik dan juga pelemahan di sektor properti.
Kemudian laju inflasi yang tetap tinggi juga menjadi hal yang perlu diwaspadai, meskipun BI diketahui telah melakukan pengetatan moneter dan ini menyebabkan suku bunga negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS) semakin tinggi.
Suku bunga yang tetap tinggi ini, imbuh Perry, kemungkinan akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama, atau istilahnya higher for longer. Hal itu diikuti dengan mata uang dolar AS yang sangat kuat, sehingga terjadi pelarian modal dari negara berkembang ke aset global yang likuid.
“Fenomena-fenomena ini memerlukan upaya ekstra keras dari emerging markets, termasuk Indonesia untuk menjaga ketahanan ekonomi, khususnya dampaknya terhadap stabilitas nilai tukar dan pelarian modal, moneter, stabilitas sistem keuangan dan keseimbangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik,” kata Perry.