HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Pemimpin Redaksi Liputan6.com, Elin Yunita Kristanti mengungkapkan kekhawatirannya atas kurangnya pemberitaan terhadap isu lingkungan. Padahal isu lingkungan tengah gencar disuarakan oleh sejumlah para aktivis dan masyarakat setempat yang terkena dampak dari kerusakan lingkungan.
“Jadi isu lingkungan cenderung akan naik ketika isu itu akan besar. Yang kita merasakan dampak nya,”kata Elin dalam diskusi “Narasi Media dan Peran Perempuan
dalam Konservasi Laut dan Pesisir” ujarnya dalam acara Greenpress Community, Kamis (9/11) yang dikutip Holopis.com.
Dia pun menjelaskan setidaknya ada dua alasan media dianggap kurang memberitakan soal isu lingkungan. Pertama, tenggelam dengan isu-isu yang lebih trending di tengah masyarakat.
“Sering kali tenggelam oleh isu-isu yang lebih urgent dan tenggelam juga oleh review-review di media sosial, tenggelam juga soal isu-isu artis, isu politik dan lain-lain. Jadi itulah kenapa seakan-akan berita-berita soal lingkungan agak jarang di media,”ucapnya.
Hal itu ditambah dengan adanya trend, behavior atau perilaku dan jejak digitalisasi dalam sebuah media. Dia menyebut media seyogyanya akan mengikuti sebuah trend yang tengah berkembang di masyarakat.
“Trend menangkap behavior kita kalau kita tidak membaca apa yang dimuat di media soal lingkungan, kita tidak membaca apa pesan dan persoalan lingkungan selama tidak ada breaking news, isu lingkungan tidak akan lebih trend,”katanya.
Kedua, media saat ini tengah berusaha untuk bertahan hidup atau survive dengan menaikkan trafik tayangan dalam sebuah pemberitaan. Trafik itulah yang menjadi sumber pendapatan bagi media.
“Kenapa media jarang membahas lingkungan, media tidak sedang baik-baik saja dan kehilangan dua hal revenue dan pembaca,”ucapnya.
“Kita juga harus mengikuti apa yang diikuti oleh trend karena kita butuh survive karena matriks, impression karena pertama butuh uang, itu untuk membayar gaji kita, operasional kita kemudian memastikan media itu survive secara finansial,”katanya.
Oleh karena itu, dia berharap agar konten terkait isu lingkungan dapat ditingkatkan kualitasnya. Misalnya dengan menangkap berbagai pengalaman-pengalaman aktivis atau pegiat lingkungan saat tengah melakukan aksi kampanye nya di lapangan atau kisah masyarakat yang terdampak kerusakan lingkungan secara langsung.
“Jadi konten yang bisa membantu media untuk dapatkan catch itu tanda like juga mengungkap pesan-pesan, nilai-nilai atau event pasti viral. Seperti inilah yang kita butuhkan di media bagi kami, jadi alur-alur lurus ternyata bukan story, really story from reality dan itu menarik untuk pembaca itu menarik juga,”katanya.
“Itu sebenarnya adalah hal yang bisa dilanjutkan untuk produksi, alih-alih kita menunggu event atau trend adapun breaking news atau bencana dan lain-lain itu bisa kita terus produksi di media,”tuturnya.