HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira mengkritisi visi dan misi capres-cawapres 2024 yang kompak mendorong adanya transisi energi. Menurutnya, transisi energi hanyalah solusi palsu yang justru menimbulkan krisis iklim.
Hal itu disampaikan Bhima saat menjadi penelis di acara Greenpress Community yang bertajuk ‘Forum Gagasan dan
Komitmen Kepemimpinan Hijau Capres’ yang berlangsung di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (9/11).
Dalam kesempatan itu, Bhima menyebut visi dan misi para capres dan cawapres yang mendorong bioenergi, energi terbarukan yang berasal dari sumber biologis justru membawa dampak buruk bagi iklim, khususnya terkait penggunaan tanaman sawit.
“Kita perlu lihat 2022, dorongan terhadap implementasi biodiesel B 35 itu sudah menimbulkan krisis minyak goreng. Nah jadi ketika bicara transisi energi itu juga perlu dijaga, jangan sampai terjebak pada solusi-solusi yang justru memperburuk iklim,” katanya seperti dikutip Holopis.com, Jumat (10/11).
“Sawit kalau enggak hati-hati (penggunaannya) memicu deforestasi dan alih fungsi lahan hutan,” imbuhnya.
Selain itu, Bhima juga menyoroti program hutan tanaman energi dari kayu. Menurutnya, program tersebut justru berseberangan dengan program pensiun dini PLTU batubara yang digaungkan pemerintah.
Sebab, dengan adanya program tersebut justru memperpanjang umur PLTU batubara. Program tersebut, kata dia, juga akan mengorbankan hutan-hutan yang ada di Pulau Kalimantan hingga Papua.
Belum lagi dengan program yang memanfaatkan teknologi yang dapat menyimpan karbon di dalam tanah atau carbon capture storage, yang menurut Bhima hanya sebuah solusi palsu.
“Nah jadi kita harus menjauhkan juga agenda transisi energi ini dari solusi-solusi palsu, kalau mau solusi yang berkeadilan,” tukasnya.
