HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengatakan, bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih resilien di tengah dinamika ketidakpastian global dan adanya pelemahan akibat kenaikan suku bunga.
Dibandingkan beberapa negara ASEAN dan negara anggota G20 lainnya, kata Suahasil, Indonesia dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 5 persen merupakan salah satu brightspot di dunia.
“Beberapa leading indicators tetap relatif kuat hingga September 2023,” kata Wamenkeu dalam acara Permata Bank’s Indonesia Economic Outlook 2024 yang dikutip Holopis.com, Selasa (7/11).
Menurut Suahasil, perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan angka yang ekspansif. Hal itu tercermin dari Indeks konsumsi masyarakat yang masih baik dan tinggi, serta PMI Indonesia yang terus berekspansi.
Indonesia juga berhasil menjaga angka infasi, yakni sebesar 2,6 persen. Ini adalah angka yang relatif masih terkendali. Namun, Wamenkeu mengingatkan bahwa Indonesia harus tetap waspada karena inflasi ini berasal dari volatile food kenaikan harga pangan akibat El-Nino.
Menurutnya, saat ini tantangannya adalah memastikan stabilitas. Maka, pemerintah menyiapkan sejumlah paket kebijakan untuk mengantisipasi dampak El-Nino dan dinamika global sehingga inflasi akan tetap terkendali.
Wamenkeu juga mengatakan, bahwa belanja pemerintah di kuartal keempat biasanya akan lebih besar dan cepat menjelang akhir tahun. Harapannya belanja pemerintah yang meningkat ini akan mengamankan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga masih tetap sesuai dengan angka proyeksi tahun ini, yaitu sekitar diatas 5 persen.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III telah dirilis oleh BPS sebesar 4,9 persen. Namun, kami meyakini bahwa pertumbuhan Indonesia hingga akhir tahun 2023 akan tetap di angka proyeksi 5,1 persen. Kuarter keempat akan menjadi kuncinya,” terang Wamenkeu.
Di sisi lain, defisit fiskal pada APBN tahun ini disetel di angka 2,84 persen dari PDB. Namun demikian, realisasi pada akhir semester I 2023 menunjukkan angka yang lebih rendah dari proyeksi awal.
“Pada Juli lalu, ketika pemerintah melaporkan secara resmi ke DPR mengenai posisi fiskal Indonesia, kami memperkirakan defisit fiskal tahun ini akan berada di kisaran 2,3 persen dari PDB. Jadi lebih rendah,” lanjut Wamenkeu.
Pemerintah masih menghitung apa-apa yang akan terjadi hingga akhir tahun. Namun, Wamenkeu mengatakan bahwa meskipun belanja pemerintah akan lebih tinggi dan dipercepat pada kuartal keempat, pemerintah masih melihat kemungkinan defisit hingga akhir tahun akan bisa di bawah 2,3 persen. Hal Ini sangat penting karena dapat menjaga posisi fiskal Indonesia.
“Namun seperti yang terlihat dari data perekonomian Indonesia, meskipun defisit fiskal menurun pada tahun lalu dan (kemungkinan juga) pada tahun ini, hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan Indonesia. Mengapa? Karena perekonomiannya tangguh,” papar Wamenkeu.
Perekonomian Indonesia yang Tangguh itu terlihat dari masyarakat yang meningkatkan konsumsi, dan investasi, serta net ekspor yang meningkat. Hal ini juga terlihat dari pertumbuhan yang positif pada penerimaan pajak pada sektor-sektor utama.
“Jadi, perekonomiannya yang tangguh. Bukan hanya APBN yang tangguh, tapi perekonomian Indonesia secara keseluruhan juga tangguh. Ini merupakan fundamental yang sangat baik untuk situasi perekonomian Indonesia,” tukas Wamenkeu.