HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati menyebut, bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini sedang kacau. Ia menyebut, bahwa kondisi ini merupakan imbas dari negara Amerika Serikat, Cina, dalam mengendalikan ekonominya.

“Dampaknya itu ke seluruh dunia. Karena tiga wilayah ini mempengaruhi dunia lebih dari 40 persen,” ujarnya di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat, seperti dikutip Holopis.com, Senin (6/11).

Sri Mulyani lantas menjelaskan, bahwa Amerika Serikat sempat mengalami inflasi tinggi yang kemudian menaikan suku bunga acuannya. Namun kenaikan suku bunga yang dilakukan AS secara ekstrem membawa dampak buruk bagi sistem keuangan dunia.

Pasalnya, kebijakan kenaikan suku bunga itu menyebabkan seluruh negara di dunia mengalami capital out flow atau aliran modal asing keluar secara beaar-besaran. Alhasil, dolar AS pun menguat dan memukul mata uang negara lain, termasuk rupiah.

“Artinya, modal itu kembali ke Amerika atau disedot dengan bunga tinggi,” ujar Sri Mulyani.

Bendahara negara itu berujar, bahwa melemahnya mata uang tentu mempengaruhi inflasi atau yang disebut imported inflation. Imported Inflation merupakan inflasi yang berasal dari barang-barang impor yang terkena dampak dari kebijakan di Amerika Serikat.

Sementara untuk Cina yang selama ini menyumbang perekonomian terbesar kedua di dunia, lanjut Sri Mulyani, sedang dalam kecenderungan ekonomi yang melemah. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi harga-harga komoditas.

Sebab, dijelaskan Sri Mulyani, melemahnya ekonomi Cina akan membuat demand atau permintaan terhadap komoditas semakin menurun.

Tak sampai di situ, pelemahan ekonomi yang terjadi di negara-negara Eropa karena perang Ukraina dan Rusia juga menjadikan kekacauan perekonomian dunia semakin kompleks. Ditambah saat ini tengah terjadi perang antara Hamas dan Israel, sehingga dampaknya berpotensi melebar ke seluruh Timur tengah.

Sri Mulyani menggarisbawahi bahwa kondisi ini adalah gejolak dunia yang harus kita terus diwaspadai. Karena. gejolaknya terjadi secara bertubi-tubi. Pada akhirnya, perekonomian Indonesia dapat terpengaruh menjadi lebih lemah.

International Monetary Fund atau IMF pun, ucap Sri Mulyani, memperkirakan bahwa perekonomian 2024 mendatang akan melemah, bahkan lebih lemah dari 2023. Inflasi pun masih akan lebih tinggi pada 2024 di level dunia.

Kalau inflasi masih tinggi maka prediksinya nilai tukar maupun suku bunga di AS akan tetap tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama atau higher for longer. Nah ini yang mempengaruhi banyak negara di dunia merevisi pertumbuhan ekonominya.

“Kami akan terus memantau kinerja perekonomian di daerah, tidak hanya inflasi karena kita punya ebebrapa aspek reward,” tukas Sri Mulyani.