HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur eksekutif Survei and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara menduga bahwa ada upaya plying victim yang dilakukan oleh pihak tertentu terkait dengan pencopotan baliho Ganjar-Mahfud dan atribut PDI Perjuangan di Gianyar, Bali beberapa waktu yang lalu.

“Pencopotan baliho Ganjar-Mahfud dan atribut PDIP di daerah tentu bisa mengarah kepada playing victim atau bahkan intimidasi untuk menyerang pasangan Prabowo-Gibran,” kata Igor dalam keterangannya kepada Holopis.com, Jumat (3/11).

Pencopotan atribut kampanye saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Bali tersebut dinilai bukan merupakan perintah Kepala Negara. Karena ia tak yakin Presiden melakukan hal itu pasca mengundang 3 (tiga) Capres 2024 ke Istana Negara untuk makan siang bersama.

“Presiden Jokowi saat ini sering menjadi korban dari playing victim dengan membangun narasi bahwa pemerintah melakukan penjegalan terhadap figur dan partai politik tertentu,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang ia terima, pencopotan atribut tersebut tidak hanya terjadi pada Ganjar-Mahfud, akan tetapi semua atribut yang bermuatan politik praktis Pilpres 2024.

“Pencopotan baliho capres-cawapres jelang kunjungan Presiden Jokowi ke Bali tidak bermuatan politis, karena penertiban alat sosialisasi pada lokasi acara merupakan keputusan rapat koordinasi wilayah dalam rangka persiapan kunker Presiden ke Bali yang dihadiri unsur Forkopimda Provinsi,” jelas Igor.

Dengan demikian, ia menilai bahwa tidak ada penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dilakukan Presiden Joko Widodo terkait dengan penertiban atribut politik di sana seperti yang dituduhkan sejumlah kalangan termasuk PDIP.

“Padahal sebenarnya tidak ada abuse of power yang menggunakan fasilitas negara dan kekuasaan,” tandasnya.

Pun demikian, Igor menilai bahwa narasi yang terbangun bahwa seolah Presiden Joko Widodo melakukan abuse of power dengan menurunkan semua atribut Ganjar-Mahfud serta alat peraga PDIP bertujuan untuk menjatuhkan Jokowi dan Prabowo Gibran.

Apalagi kata dia, PDIP masih sangat sakit hati pasca Gibran maupun Jokowi lebih memilih Prabowo ketimbang habung dengan PDIP mengusung Ganjar Pranowo.

Sekaligus kata Igor, kemungkinan besar menjadi agenda untuk meningkatkan empati publik terhadap Ganjar seolah-olah didzalimi oleh Presiden.

“Tujuannya jelas, dengan berlagak sebagai korban (playing victim) Ganjar bisa semakin populer sebagai capres yang dipersepsikan tertindas. Dan kasus pencopotan baliho bisa menjadi pembicaraan viral demi peningkatan elektabilitas,” pungkasnya.