HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pernyataan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Adian Yunus Yusak Napitupulu alias Adian Napitupulu terkait penolakan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri terhadap permintaan Joko Widodo (Jokowi) untuk menambah satu periode masa jabatannya sebagai Presiden RI tak hanya membuat gaduh situasi menjelang pemilihan presiden (Pilpres) saja.

Statment tersebut mencerminkan bahwa Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP itu tak memiliki moralitas dan etika dalam berpolitik. Hal ini seperti disampaikan oleh Ketua Umum Jaringan Nasional (Jarnas) ’98, Sangap Surbakti. Ia pun menyayangkan sikap kawan seperjuangannya dulu saat perjuangan reformasi 98 itu.

“Situasi menjelang pilpres sebenarnya kondusif. Namun, karena adanya statment Adian soal Jokowi minta penambahan periode kepada Megawati kegaduhan mulai terasa. Ironisnya, pernyataan Adian ternyata bohong, setelah Mbak Puan mengklarifikasi hal itu,” tutur Sangap Surbakti di Jakarta seperti dikutip Holopis.com, Jumat (27/10).

Menurut Sangap, Adian yang mengaku sebagai loyalis Jokowi, sejatinya fokus untuk mengawal bekas Gubernur DKI Jakarta tersebut hingga akhir masa jabatannya sebagai Presiden RI, bukan menebar fitnah.

“Sejak awal Jokowi jadi Presiden, Adian selalu mengklaim menjadi pendukung setia Jokowi. Tapi, menjelang berakhirnya masa jabatan Jokowi sebagai Presiden, Adian kok malah melakukan fitnah. Ini jelas bahwa Adian tak memiliki etika dalam berpolitik. Kalau komitmen Adian tak bisa dipegang, bagaimana mungkin masyarakat mau percaya?,” tukas Sangap yang juga sesama alumnus Universitas Kristen Indonesia dan aktivis mahasiswa Forum Kota (Forkot) dengan Adian.

Sangap pun menilai, ucapan Adian yang beraroma fitnah terhadap Jokowi itu juga menggambarkan betapa buruknya karakter Adian dalam berpolitik dan pertemanan.

“Fitnah Adian terhadap Jokowi menunjukkan betapa kejamnya Adian dalam membunuh karakter seseorang. Terlebih lagi yang difitnah itu adalah figur yang katanya sangat dekat dengan Adian. Kok bisa setega itu ya?” sesal Sangap yang kini berprofesi sebagao Dosen Fakultas Hukum UKI.

Sebagaimana diketahui, isu perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo kembali mencuat di tengah situasi politik nasional yang semakin dinamis. Muasal isu tersebut kembali muncul dari pernyataan Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDI Perjuangan, Adian Napitupulu mengenai pangkal perseteruan Jokowi dengan PDI-P.

Adian menyebut persoalan Jokowi dengan PDI-P diduga disebabkan tidak dikabulkannya permintaan mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden menjadi tiga periode.

“Nah, ketika kemudian ada permintaan tiga periode, kita tolak. Ini masalah konstitusi, ini masalah bangsa, ini masalah rakyat, yang harus kita tidak bisa setujui,” kata Adian dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/10).

Di tempat terpisah, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani justru bertolak belakang dengan pernyataan Adian. Puan menegaskan, Jokowi tidak pernah menyampaikan ingin jabatannya sebagai presiden ditambah atau diperpanjang.

“Enggak. Enggak pernah setahu saya, enggak pernah Beliau meminta (pada Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri) untuk perpanjangan tiga periode,” kata Puan ditemui di Gedung High End, Jakarta Pusat.