Mengenai hoaks WNA China, Gus NAS teringat proxy war bagaimana kemudian negara adidaya mengadu domba suatu bangsa dengan tidak menggunakan tangannya sendiri namun menggunakan tangan orang atau negara lain.
“Cuma kita enggak menyadari bahwa kita diadu domba. Ini kepentingan Amerika kepentingan China bermain di Pemilu tahun 2024, pasti. Maka saya bilang siapa yang didukung oleh Amerika, siapa yang didukung oleh China juga mulai terlihat. Makanya kalau isu-isu yang dilemparkan kelompok yang mengatakan pro dengan China itu pasti grupnya yang dibeking oleh Amerika itu atau sebaliknya,” jelasnya.
Ini kita jangan terjebak oleh permainan global yang sebenarnya mereka yang menikmati hasilnya kita yang berantem. Kasus di Syria seperti Arab Spring itu jelaskan gara-gara hoax sampai detik ini kan berantakan di Suriah. Ini betul betul perlu diantisipasi perlu diseret perlu disaring perlu dipahami bahwa ini apakah ada agenda di balik sebuah pandangan negatif.
Kemudian, lanjut Gus NAS, ada istilah yang namanya trolling, yakni ada pihak yang sangat senang kalau melihat lawan atau orang menderita, Hal ini kata dia, orang punya memiliki karakter biadab. “Suka kalau ada orang susah. Ini kan payah, bangsa apa kita ini? Oleh karena itu perlu ada ketegasan. Hoaks itu cara yang paling murah untuk menjatuhkan lawan. Apalagi kalau musim ini kecerdasan buatan itu yang berbahaya. Kalau kita enggak aktif betul memahami mana betul mana yang tidak,” ujarnya.
Ditegaskan Gus NAS, bangsa Indonesia harus kritis terhadap apa pun yang punya kecenderungan provokasi, cara-cara provokasi yang kemudian dibuat untuk memancing banyak pihak di tahun politik.
“Nah dari situ maka kelihatan bahwa kalau udah tahu bahwa ada beberapa berita-berita yang hoaks, berita-berita yang benar untuk pemula bisa dipilah-pilah, maka akan muncul satu sikap yang benar. Yang kedua antisipasi untuk hoax itu tidak menyebar untuk kita, harus mengecek kembali informasi,” ungkapnya.
Sementara itu, praktisi komunikasi dari UHAMKA, Gilang Kumari Putra, menyatakan bahwa dalam teori komunikasi yakni bukan bicara baik atau tidak baik melainkan efektif atau tidak efektif dalam menyampaikan pesan kepada khalayak.
“Hoaks di sekitar kita itu jangan-jangan bagi sebagian orang menjadi sebuah komunikasi yang sangat efektif. Nah persoalannya adalah tadi disampaikan juga sama Cak NAS bahwa ini memang ada yang diuntungkan gitu ya. Ada yang menikmati ketika hoaks itu misalnya dia ini pendukung si A, pasti akan senang tuh diberikan informasi-informasi. Ini kita bicara soal komunikasi efektif atau tidak efektif. Nah hoaks hari ini bagi sebagian orang dianggap sebagai komunikasi yang efektif,” katanya.
Ketika hoaks menjadi sebuah komunikasi yang efektif, ditegaskannya maka tentu akan sangat berbahaya di masyarakat sehingga hoaks dianggap menjadi suatu yang bia. Hal yang sangat negatif dan di luar perspektif kebenaran justru dianggap hal yang biasa.
“Jadi masyarakat kita itu, lalu ketika menerima informasi informasi negatif dan dia senang dengan informasi itu maka dia sekedar share saja. Dia tidak aware ya tidak peduli itu saya jadi bagian informasi. Dalam sebuah diskusi, saya pernah sampaikan bahwa influencer tidak boleh menjadi buzzer. Terus apa jawaban teman teman ya? Mungkin bagi orang yang menganggap kami buzzer kami influencer, di balik-balik,” ujarnya.
“Jadi keluar dari logika berpikir kita bahwa pertama orang menganggap hoaks itu sebagai sebuah komunikasi yang efektif, ada lima ketika bicara komunikasi, bicara komunikator, bicara komunikan, bicara pesan, bicara media, bicara feedback. Jadi orang tuh kadang berpikir yang paling penting feedbacknya, makin benci sama lawan makin bagus. Padahal dalam komunikasi itu ada unsur unsur lain sebelum sampai feedback,” tukasnya.
Di akhir acara, dalam diskusi ini, pemuda yang tergabung dalam Barisan Anak Timur (BAT), melakukan deklarasi dukung pemilu damai yang menyampaikan tiga poin. Pertama, menjaga keutuhan dan persatuan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kedua, sukseskan pemilu 2024 yang bermartabat, aman, damai tanpa hoaks, ujaran kebencian, money politic, politisasi agama dan etnis.’
Ketiga, Lawan hoaks dan disinformasi di medsos seperti hoaks invasi China ikutan pemilu karena dapat merusak proses demokrasi. Saring sebelum sharing.
Page: 1 2
Sudah 20 tahun lamanya tsunami Aceh yang sangat mematikan terjadi. Peristiwa yang memakan banyak korban…
MAROS - Oknum polisi berinisial Ipda RN yang mesum dengan istri orang, kini ditahan di…
JAKARTA - Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid berharap Presiden…
Bencana banjir melanda Kabupaten Kabupaten Mendailing Natal, Provinsi Sumatera Utara menyebabkan sebanyak 80 KK dari…
Sebanyak 15.807 narapidana di seluruh Indonesia mendapatkan remisi khusus (RK) dalam rangka Natal 2024 dari…
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo menyoroti limbah sampah makanan yang semakin menggunung. Padahal di…