HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengaku khawatir dengan lonjakan harga minyak dunia yang utamanya dipicu oleh konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah sekarang ini, yakni antara Israel dan Palestina.
Sebab Sri Mulyani menjelaskan, lonjakan harga minyak dunia pada saat perang Rusia Ukraina di tahun lalu sempat menyentuh angka US$128 per barel hanya dalam hitungan bulan saja.
“Dengan adanya perang di Palestina, dan itu adalah zona Timur Tengah, zona produksi minyak dan gas terbesar dunia, gejolaknya mulai terefleksi, sempat harga minyak turun di US$80-an, sekarang melonjak ke US$90,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa yang dikutip Holopis.com, Kamis (26/10).
Sri Mulyani tidak hanya menghawatirkan harga minyak dunia, tetapi juga harga gas. Pasalnya, harga menunjukkan adanya kecenderungan meningkat, meskipun secara tahun berjalan masih mengalami penurunan.
Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi subsidi dan kompensasi energi, mulai listrik, gas hingga BBM per September 2023, telah mencapai Rp219,8 triliun.
“Dari sisi subsidi kompensasi listrik, sudah dibelanjakan Rp77,9 triliun, ini artinya Rp8,7 triliun per bulan,” tuturnya.
Dengan besaran realisasi tersebut, lanjut Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, sebanyak 48,2 juta keluarga diberikan keringanan dengan subsidi dan kompensasi dari pemerintah.
Pun untuk subsidi LPG 3 kilogram telah terealisasi sebesar Rp46,5 triliun untuk penyaluran sebanyak 5,4 juta metrik ton.
“Ini berarti setiap bulan kita mengeluarkan Rp5,2 triliun per bulan agar masyarakat bisa memasak dengan LPG 3 kg dengan harga yang masih sangat terjangkau dan belum diubah, meskipun harga minyak dan gas mengalami perubahan,” tururnya.
Sedangkan untuk realisasi subsidi dan kompensasi BBM per September 2023 tercatat telah mencapai Rp95,4 triliun. Ini artinya, pemerintah telah membelanjakan sebesar Rp10,6 triliun setiap bulannya untuk subsidi dan kompensasi BBM.