HOLOPIS.COM, JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) secara bertahap akan mulai melakukan pensiun dini terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara di Indoneaia.
Secara total, PLN telah menargetkan setidaknya sebanyak 52 unit PLTU batu bara akan dipensiunkan hingga 2030 mendatang. Hal itu dilakukan tersebut dilakukan sebagai upaya PLN mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang.
Direktur Manajemen Resiko PLN, Suroso Isnandar menjelaskan, dalam melakukan pensiun dini PLTU berbahan bakar fosil itu, pihaknya menerapkan pendekatan coal face down, yaitu dengan menghentikan kinerja operasional namun tidak membongkar bangunan instalasinya.
“Jadi operasionalnya berhenti, tapi tidak dibongkar. Pendekatan ini dipilih karena ekonomi kita masih tumbuh dengan ditopang oleh energi listrik yang sebagian besar masih dari PLTU batu bara,” tutur Suroso dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Kamis (19/10).
Pendekatan tersebut, katanya, sudah mulai diterapkan di sejumlah PLTU milik PLN. Salah satunya PLTU Suralaya, Cilegon, Banten yang dioperasikan oleh PT Indonesia Power. PLTU Suralaya pada unit 1,2,3,4 yang masing-masing berkapasitas 400 MW atau 1.600 MW dipastikan Suroso telah memasuki masa pensiun pada 2023 ini.
Namun, sesuai konsep pendekatan coal face down yang diterapkan PLN, pemerintah masih belum membongkar bangunan dari unit-unit PLTU tersebut.
Dengan begitu, unit-unit tersebut masih bisa dijalankan kembali apabila pemerintah di kemudian hari membutuhkan pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
“Jadi ketika sewaktu-waktu nanti masih dibutuhkan untuk mencukupi pasokan listrik yang dibutuhkan masyarakat, PLTU ini masih bisa difungsikan kembali,” tegas Suroso.