HOLOPIS.COM, JAKARTA – Serangan terhadap Palestina tampaknya semakin gencar, serta menghancurkan berbagai fasilitas publik. Bahkan serangan juga menyasar aset-aset penting seperti Rumah Sakit yang berada di kawasan Gaza, bukan tidak mungkin serangan Israel terus digencarkan tanpa pandang bulu serta menghiraukan sisi kemanusiaan maupun hukum Internasional.
Melihat situasi itu, general manager Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa, Haryo Mojopahit menilai bahwa situasi ini terjadi karena dunia internasional sudah terlalu lama diam, sehingga kebrutalan Israel terhadap masyarakat Palestina semakin menjadi-jadi.
“Serangan Hamas itu kita harus lihat akarnya lebih dulu. Dunia sudah terlalu lama diam atas yang terjadi di Gaza,” kata Haryo dalam sebuah diskusi publik di Kopi Koh Acung, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (19/10) seperti dikutip Holopis.com.
Haryo memandang bahwa konflik Israel-Palestina sudah tidak lagi menghiraukan nilai-nilai kemanusiaan, bukan hanya warga sipil namun juga fasilitas publik seperti pusat layanan kesehatan dan sebagainya.
Sehingga ia beranggapan bahwa konflik ini bukan hanya semata agama, namun sudah menjadi ranah kemanusiaan yang harus disikapi serius oleh semua pihak berwenang. Sementara publik Indonesia juga bisa ikut bergerak dengan melakukan pengiriman bantuan logistik dan kebutuhan kesehatan lainnya.
Lalu, Haryo pun menekankan pula bahwa blokade bantuan atas konflik yang terjadi di Palestina saat ini merupakan bagian dari pelanggaran kemanusiaan yang terjadi.
“Terkait dengan pembukaan jalur kemanusiaan itu merupakan hal positif, hal ini dapat menjadi celah dukungan kemanusiaan dalam menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang terdampak konflik meskipun dengan regulasi yang dibatas. Kita berharap juga posisi Indonesia di kancah dunia dapat menyuarakan keadilan bagi Palestina,” tandas Haryo Mojopahit.
Hal senada juga disampaikan oleh Redaktur Pelaksana Pengembangan Ekosistem Republika, Subroto Kardjo. Ia lebih melihat bahwa apa yang dilakukan Israel kepada Palestina sejatinya adalah genosida.
“Yang terjadi di Gaza itu bukan perang semata, yang terjadi di sana itu genosida. Israel kapan saja berhak untuk menyerang tanpa nunggu syarat. Perang pun harus ada syarat, yang terjadi di sana itu tidak ada aturan. Seperti rumah sakit. Israel itu ingin mematikan segalanya tanpa memandang bulu,” terang Subroto.
Oleh sebab itu, ia sangat tidak sepakat jika saat ini persoalan Israel dan Palestina dikaitkan dengan agama. Sebab, agama tidak mengajarkan peperangan yang membabi-buta seperti apa yang terjadi antara Israel terhadap Palestina itu.
“Jadi ini bukan perang agama,” tandasnya.
Untuk menyikapi perlakuan Israel ke Palestina, Subroto mengajak kepada masyarakat Indonesia khususnya untuk berhenti mengonsumsi semua produk yang berkaitan dengan dukungan kepada Israel.
“Mari kita tingkatkan solidaritas bentuknya harus aksi seperti boikot-boikot perusahaan-perusahaan besar, karena suplai pendanaan untuk Israel, bisa dari hal tersebut,” serunya.
Selain itu, Subroto juga mengharapkan agar pemerintah Indonesia setidaknya bersikap tegas terhadap Israel dengan komunikasi bilateral.
“Pemerintah juga harus berani mengambil langkah lebih tegas atas konflik yang terjadi di Palestina,” sambungnya.
Banyak hoaks
Kemudian, Subroto juga menerangkan bahwa konflik Palestina-Israel mengalir pada propaganda yang digiring oleh media massa yang juga ditekan oleh pihak barat, baik dengan opini-opini bohong yang diberi ruang dalam menggiring persepsi di mata dunia. Banyak media massa yang terus ditekan dalam memberitakan kejahatan perang selama ini.
“Media jangan menyampaikan sesuatu yang tidak ada faktanya, jurnalis itu dasarnya fakta. Media massa harus mengambil fakta dari sumbernya langsung. Konflik Palestina-Israel, media tidak bisa berdiri dengan media lagi ketika menciptakan hoaks, kebencian dan lain-lain,” ujar Subroto.