Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berencana untuk menggelar aksi unjuk rasa di depan Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Dalam aksinya, mereka menyuarakan protes atas insiden yang dialami oleh masyarakat di Pulau Rempang dan Seruyan.

“Represifitas aparat kepolisian semakin menjadi-jadi, brutalitas yang terjadi secara berulang-ulang mengindikasikan ada sistem yang tidak beres di tubuh Polri,” kata koordinator media BEM SI, Ragner Anggara dalam siaran persnya yang diterima Holopis.com, Kamis (12/10).

Ia menilai bahwa ada ketidaksinkronannya antara Polri di kota-kota besar dengan di daerah. Dimana banyak sekali kasus Polri vs rakyat yang mengakibatkan adanya korban, sementara Polri di kota cenderung mengglorifikasi pencapaian positif.

“Di kota seringkali elit kepolisian mengglorifikasi berbagai pencapaian Polri demi mewujudkan citra yang baik. Tapi di daerah-daerah terjadi hal yang sebaliknya,” jelasnya.

“Polisi menjadi momok menakutkan karena sering kali digunakan untuk menggebuk rakyat yang dicap sebagai pemberontak atau provokator, hanya karena menyuarakan keresahan dan menuntut hak-hak mereka,” sambung Angga.

Beberapa kasus yang diangkat di dalam aksi tersebut dan menjadi sorotan BEM SI adalah peristiwa bentrokan antara masyarakat di desa Galang Pulau Rempang yang terjadi sejak 7 September 2023.

“Rakyat yang menuntut hak dasar mereka berupa ruang hidup yang akan direbut demi PSN malah diserang oleh berkompi-kompi pasukan gabungan hingga anak-anak sekolah menjadi korbannya, dan 30 orang warga ditangkap,” ujarnya.

Ditambah lagi kasus di Seruyan, Kalimantan Tengah. Angga mengatakan bahwa BEM SI sangat menyoroti kasus ini, karena kabarnya ada 1 orang warga meninggal dunia karena ditembus timah panas aparat.

“Penembakan terhadap warga Seruyan saat menuntut hak mereka yang direbut oleh perusahaan sawit hingga satu orang warga tewas ditembak di bagian dada,” lanjutnya.

Berbagai persoalan ini yang membuat BEM SI merasa perlu untuk menyuarakan agar ada perbaikan di tubuh korps Bhayangkara yang saat ini tengah dipimpin oleh Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo itu.

“Sangat banyak bukti dokumentasi yang terang benderang menunjukkan represifitas dan kebrutalan aparat keamanan di lapangan, namun hal ini tidak kunjung menjadikan Polri mengevaluasi diri,” tukasnya.

Aksi unjuk rasa ini bakal dilangsungkan pada hari Jumat, 13 Oktober 2023 besok pukul 15.00 WIB di depan Mabes Polri.

“Tidak ada investasi yang setara dengan satu nyawa,” pungkas Angga.