HOLOPIS.COM, JAKARTA – Johan Riyadi alis Guru Gembul memberikan reaksi negatif kepada Habib Bahar bin Smith terkait dengan narasi ulama gadungan. Komentar itu disampaikan Guru Gembul di dalam sebuah video tentang ulama gadungan dan bisnis agama yang menggiurkan.
Salah satu yang dikomentari Guru Gembul adalah kemampuan Habib Bahar tentang membaca kitab kuning dengan teks arab gundul dalam sebuah podcast bersama Refly Harun. Saat itu, Habib Bahar sedang mencoba menjelaskan tentang keutamaan Shalat Tarawih berdasarkan materi dari Kitab Durratun Nasihin.
“Selain sangat belepotan, sangat gelagapan, ternyata membacanya juga dari kiri ke kanan sama seperti orang membaca huruf latin, ini kan bener-bener aneh,” kata Guru Gembul dalam video yang dikutip Holopis.com, Kamis (28/9).
Memang bahasa yang diucapkan Habib Bahar benar, namun karena cara membacanya yang salah, sehingga makna yang disampaikan pun jelas akan salah. Apalagi kata Guru Gembul, video Habib Bahar di podcast Refly Harun yang ditemani oleh pengacaranya, Aziz Yanuar itu pun sampai mendapatkan reaksi dan koreksi dari banyak netizen yang paham tentang arab gundul tersebut.
Dengan kemampuan membaca kitab kuning semacam itu, Guru Gembul pun menyangsikan keulamaan Habib Bahar, termasuk kapasitasnya sebagai pemuka agama dan pengasuh pondok pesantren Tajul Alawiyyin itu.
“Bagaimana ceritanya ada seorang pemimpin pondok pesantren dengan ribuan santrinya ternyata tidak bisa membaca arab gundul, saya mohon maaf,” ujarnya.
Selain persoalan kesalahan membaca kitab kuning, Guru Gembul juga memandang kriteria ulama di dalam sosok Habib Bahar tidak ditemukan. Salah satunya menurut dia adalah hobi flexing alias pamer kekayaan.
“Pak Habib Bahar itu sering flexing, sering menampilkan motornya keren banget, mobilnya sport yang keren banget, harta kekayaan. Dia sering menampilkan diri dilayani oleh orang lain yang menunjukkan betapa dirinya itu sangat kaya. Kemudian beliau juga kata-katanya kasar dan menurut syariat Islam itu bahkan terlarang,” terang Guru Gembul.
Jika melihat beberapa kriteria itu, ia pun akhirnya menyangsikan bahwa Habib Bahar bin Smith adalah ulama.
“Jadi kriteria ulamanya itu yang semacam apa?. Nah, pada konteks inilah pada akhirnya kita bisa menduga-nduga ternyata banyak sekali ulama-ulama gadungan di Indonesia atau ulama palsu yang meraup keuntungan yang sangat besar dengan berjualan agama,” tandasnya.