HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mendagri Tito Karnavian mengungkapkan salah satu faktor aliran anggaran di daerah yang tidak tepat sasaran.
Dimana faktor terbesar anggaran daerah itu ternyata lebih banyak digunakan untuk membiayai gaji para karyawan honorer, sedangkan biaya program untuk masyarakat luas hanya sebagian.
“Yang belanja modal yang betul-betul menyentuh untuk rakyat, membangun jalan, mungkin cuma 15-20 persen, jadi tidak ada kemajuan apa-apa,” kata Tito dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Kamis (14/9).
Mirisnya, penumpukan tenaga honorer itu ternyata adalah sekumpulan tim sukses dan keluarga pejabat di daerah yang tidak punya keahlian.
“Tenaga administrasi ini rata-rata adalah tim sukses atau keluarganya kepala daerah atau pejabat di situ,” ungkapnya.
Tak hanya minim keahlian, para tenaga honorer titipan itu juga tidak mau bekerja sesuai dengan tugasnya dan hanya bersantai ria.
“Dikasih kerjaan, jam 08.00 masuk, tidak punya keahlian, jam 10.00 sudah ngopi-ngopi sudah hilang,” bebernya.
Mantan Kapolri itu juga menjelaskan, ketika pejabatnya berganti, akan masuk kembali tim sukses baru menjadi tenaga honorer sehingga tenaga honorer tanpa kemampuan khusus terus bertumpuk.
“Ini membuat belanja pegawai di daerah-daerah yang bergantung dari transfer pusat semua tersedot ke situ anggarannya,” tukasnya.