HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), Mahendra Siregar menyampaikan, bahwa data ekonomi Indonesia yang ada dalam beberapa waktu terakhir, membuat negara lain penasaran.
Pasalnya dalam pertemuan Asean Business Conference yang berlangsung di Jakarta beberapa waktu lalu, negara-negara tamu memberikan pandangan positif terhadap kinerja perekonomian Indonesia.
Bahkan, kata Mahendra, para negara tamu menilai Indonesia mengalami anomali di tengah kondisi dunia yang mengalami gabungan antara resesi dan inflasi. Hal itu disampaikan Mahendra dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (5/9).
“Mereka ingin lihat langsung di tengah kondisi dunia yang mengalami gabungan resesi dan inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikira akan terdampak ekonomi global, malah ternyata pada kuartal 2 sebesar 5,17 persen lebih tinggi dari kuartal pertama,” kata Mahendra dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com.
“Yang luar biasa lagi, di saat bersamaan inflasi bisa ada pada angka 3 persen. Ini too good to be true,” sambungnya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), angka inflasi pada Agustus 2023 seacara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 3,27 persen. Namun secara bulanan, Indonesia sebenarnya mengalami deflasi sebesar -0,02 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan, bahwa tingginya inflasi secara tahunan itu disebabkan oleh adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun lalu. Ssehingga base effect di tahun lalu cukup tinggi.
“Kalau dilihat dari year on year itu dikarenakan di tahun lalu ada kenaikan BBM sehingga base effect di tahun lalu memang tinggi. Namun dari data month to month Juli ke Agustus 2023 sebetulnya menurun atau deflasi,” kata Tito Karnavian.