HOLOPIS.COM, JAKARTA – Studio Ghibli sekali lagi memecahkan rekor dan menetapkan standar baru dalam dunia animasi dengan merilis film “How Do You Live?”. Film ini disutradarai oleh sutradara legendaris, Hayao Miyazaki dan digadang-gadang menjadi film yang termahal dalam sejarah perfilman Jepang.
Film ‘How do you live?’ sendiri membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun untuk proses pembuatannya, film ini telah menghasilkan pendapatan sekitar $430 juta (sekitar Rp6,5Triliun) di bulan pertama sejak dirilis di Jepang.
Film yang diadaptasi dari novel tahun 1937 dengan judul yang sama tersebut membuat sejarah dengan dirilis tanpa materi promosi apa pun di Jepang. Namun, sebelum penayangan perdana, studio tersebut menayangkan beberapa gambar resmi, yang menunjukkan bahwa meskipun bertahun-tahun telah berlalu, Studio Ghibli tetap mempertahankan gaya animasi uniknya, yang telah menjadi identitasnya.
Kisah ‘How Do You Live?’ ini berawal di Inggris selama era Perang Dunia Kedua. Ceritanya mengikuti jalan hidup seorang anak laki-laki bernama Mahito, yang setelah kehilangan ibunya dalam kebakaran, pindah ke pedesaan bersama ayah dan ibu tirinya. Di sana, ia menemukan menara misterius yang membawanya ke dunia magis. Di alam baru ini, dia bertemu teman dan musuh serta menjalani perjalanan penemuan jati diri.
Film Jepang dengan Anggaran Tertinggi yang Pernah Ada
Produser Toshio Suzuki mengungkapkan bahwa film ‘How Do You Live?’ kemungkinan besar adalah film dengan anggaran tertinggi yang pernah dibuat di Jepang. Pemegang rekor sebelumnya adalah ‘The Tale of Princess Kaguya’.
Meskipun Suzuki tidak mengungkapkan total biaya produksinya, dia mengatakan kepada pembawa acara dengan yakinnya bahwa filmnya tersbut adalah yang termahal.
“Saya pikir film ini mungkin membutuhkan biaya pembuatan yang lebih mahal daripada film lain yang pernah dibuat di Jepang,” ujarnya saat berada dalam acara di kanal YouTube @yukisakimitei, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (23/8).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ia ingin membuat film tersebut tanpa batas waktu, sehingga waktu penyelesaiannya adalah 7 tahun.
Saat ditanya kenapa tidak ada promosi film tersebut, Suzuki menjawab itu adalah pertaruhan. Bahwa dia telah lama membuat film, dan dia ingin mengubah cara pembuatan dan promosi film. Ia ingin membuat filmnya tanpa batas waktu, namun kemudian ia memikirkan apa yang akan terjadi pada Hayao Miyazaki jika filmnya memakan waktu selama itu mengingat usia sutradara legendaris tersebut sudah tidak bisa dibilang muda lagi.
Bagi siapa pun yang pernah mencicipi lontong Medan, pasti langsung ketagihan dan kepikiran terus.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat pada perdagangan sesi pertama di awal pekan ini,…
Harga emas batangan bersertifikat keluaran PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terpantau masih belum mengalami perubahan…
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramal bakal bergerak mixed pada perdagangan awal pekan ini, Senin…
Harga emas batangan bersertifikat yang dijual di PT Pegadaian (Persero) terpantau masih tidak bergerak pada…
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis informasi terkini perihal prakiraan cuaca Jateng (Jawa Tengah)…