Ideologi Relawan Politik

Muhammad Ibnu Idris
Muhammad Ibnu Idris
Penikmat sambal matah dan sambal bajak.

Menjelang akan dibukanya pendaftaran resmi Capres dan Cawapres pada tanggal 19 Oktober 2023 – 25 November 2023 untuk Pemilu 2024 yang akan datang, sudah terasa dinamika dan geliatnya yang makin memanas situasi sosial politik di tanah air. Meski saat ini secara resmi baru ada nama kandidat Capres yang akan di usung Partai Politik, namun dinamika manuver organ relawan pendukung kandidat Capres dan Cawapres juga makin masif dan atraktif manuvernya ikut meramaikan momentum tersebut.

Sebenarnya geliat dari aktivitas para relawan ini sangatlah positif, mengingat dampak lanjutan dari kiprah para relawan ini adalah mendorong Partisipasi aktif masyarakat untuk ikut menyemai tumbuhnya demokrasi substantif dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun Polkada.

Tentu saja dukungan para relawan politik ini, tidaklah bebas nilai, tapi ada beberapa transaksional sebagai pengiring kesepakatannya, baik itu berupa kesamaan ideologi, kesamaan program kerja, sampai dengan cocoknya distribusi pembiayaan sebagai pengganti kreativitas dan aktivitas para relawan tersebut untuk dukungannya, serta konsesi apa kelak yang akan diperoleh jika sang kandidat memenangkan kontestasi politik Pilpres.

Namun tak terhindarkan adalah ekses sebagai relawan yang mendukung kandidat tertentu telah melahirkan tradisi voluntarisme berpolitik, yang terkadang tak jarang sebagai voluntarisme politik yang nir ideologi yang riil diperjuangkan, selain keinginan memperoleh material langsung yang dapat dirasakan spontan, meski terkadang hanya berbasis opini umum bahwa kandidat yang akan didukung berpotensi menang, padahal sejatinya ideologi bukan wilayah pragmatisme.

Bahwa kehadiran relawan politik sangat positif berkontribusi terhadap pembangunan model demokrasi ekstra parlementer tak terbantahkan, sekaligus juga relawan Politik dapat mendorong demokrasi partisipatoris. Demokrasi partisipatoris yakni demokrasi yang lebih memberikan perluasan akan partisipasi publik dengan basis utama atas kepedulian dan persoalan publik sebagai fundamen kebersamaan atas komitmen berbangsa dan bernegara.

Sejarah Relawan Politik/strong>

Dalam historiografi politik kemunculan sebutan relawan (volunteer) sudah ada sejak tahun 1755 oleh seorang Perancis M. Fr Voluntaire ketika memberi pelayanan kepada tentara yang sedang berperang. Tugasnya adalah mengabdi secara ikhlas dalam kegiatan altruistik untuk mendorong, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas kehidupan di bidang sosial, budaya dan ekonomi. Sedangkan istilah relawan diambil dari Bahasa Jerman “aktivismus” yang muncul pada akhir perang dunia pertama. Istilah ini kemudian digunakan untuk menandai prinsip keterlibatan politik secara aktif oleh kaum intelektual. Bukan hanya pemikiran, tetapi juga usaha untuk membela dan mewujudkan pemikiran tersebut disebut “aktivisme”. (Bambang Arianto, JSP Vol.18 No.2.2014)

Relawan Politik Pilpres 2024

Gegap gempita relawan politik yang berseliweran di berbagai media yang mendukung kandidat tertentu dalam kontestasi Pilpres 2024 juga dengan berbagai argumentasi pembenar terhadap pemberian dukungan tersebut. Banyak dari relawan politik yang menjadi media darling ini, dahulunya adalah tokoh pergerakan mahasiswa, kaum intelektual dan aktivis secara umum lainnya.

Tentu saja keinginan untuk berperan aktif dalam kontestasi Pilpres sangat wajar dan boleh-boleh saja, tetapi harapan ideal yang muncul pada Langkah dan pilihan politik pada para relawan ini, adalah tidak mencederai atau bahkan memudarkan komitmen mereka pada peradaban, kemanusiaan dan kesejahteraan rakyat banyak pada umumnya serta semakin menguatkan eksistensi bangsa dan negara dalam bingkai persatuan.

Komitmen inilah semestinya yang harus terus digaungkan oleh para relawan politik tersebut, di level manapun mereka berada dan diposisi pendukung kandidat capres manapun mereka bekerja, karena mengingat dengan pengetahuan dan idealisme yang dulu mereka miliki, tentunya mereka bukanlah hanya penggembira dalam kontestasi politik Pilpres nanti.

Baca selengkapnya di halaman kedua.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

berita Lainnya
Related

Kesenjangan Komunikasi Antar Generasi

Teori generasi akhir-akhir ini semakin populer, terutama karena perbedaan mencolok antar generasi yang sering kali menyebabkan hubungan menjadi rumit dan terpolarisasi.

Apa Benar Starlink Berbahaya Bagi Indonesia ?

Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Pengamat Telematika, Multimedia, AI & OCB, sekaligus Magister Kesehatan Masyarakat (Public Health) UGM Asli.

Prof Salim Said, Tokoh Pers yang Meninggal di Tengah Revisi UU Penyiaran

Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Oleh : Dr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo / Mantan Ketua 1 Korps Mahasiswa Komunikasi (1990-1991) UGM asli di Jogja.
Loading...
Loading...
Prabowo Gibran 2024 - 2029

Berita Terbaru