HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tiga warga negara Bulgaria yang diduga bekerja sebagai mata-mata Rusia selama tinggal di Inggris telah ditangkap dan didakwa oleh detektif kontra terorisme di Inggris.
Polisi Metropolitan London telah mengkonfirmasi bahwa ketiga terdakwa termasuk dari lima orang yang ditangkap pada bulan Februari di bawah Undang-Undang Rahasia Resmi Inggris, dan tiga dari mereka didakwa dengan kepemilikan dokumen identitas palsu.
Dikutip Holopis.com dari BBC, Rabu (16/8), mereka dituduh bekerja untuk dinas keamanan Rusia, sebagai agen yang menyamar. Ketiga terdakwa juga dilaporkan memegang paspor dan kartu identitas dari Bulgaria, Prancis, Italia, Spanyol, Kroasia, Slovenia, Yunani, dan Republik Ceko.
Polisi Metropolitan menyebut identitas ketiga tersangka sebagai Orlin Roussev (45), dari Great Yarmouth, Norfolk, Biser Dzambazov (42), Harrow, barat laut London dan Katrin Ivanova (31).
Ketiganya telah tinggal di Inggris selama bertahun-tahun, melakukan berbagai pekerjaan yang berbeda, dan tinggal berpindah-pindah di berbagai pinggiran kota.
Dikatakan sebelumnya Roussev pernah menjalani bisnis di Rusia, kemudian ia pindah ke Inggris pada tahun 2009 dan menghabiskan tiga tahun bekerja sebagai seorang teknis di bidang jasa keuangan.
Profil LinkedIn Roussev tidak menampilkan foto apapun dan Roussev mengatakan bahwa dia merupakan pemilik perusahaan NewGenTech Ltd yang saat ini sudah bubar. Sebuah perusahaan yang berkaitan dengan kecerdasan buatan, sistem dan algoritma pengindex-an canggih, sistem komunikasi canggih, dan teknologi frekuensi tinggi serta pemrosesan sinyal.
Sedangkan pasangan Dzhambazov dan Ivanova pindah ke Inggris satu dekade lalu dan menjalankan organisasi komunitas Bulgaria yang termasuk diantaranya membiasakan para imigran dengan budaya dan norma masyarakat Inggris.
Dalam video Facebook untuk Platform Sosial Bulgaria, Ivanova memberikan saran mengenai cara untuk memperoleh kualifikasi dasar Inggris dengan topik-topik meliputi kewarganegaraan, pekerjaan, dan pengantar nilai-nilai Inggris.
Pemerintah Inggris sebelumnya telah mengusir beberapa perwira intelijen Rusia yang bekerja di kedutaan Kensington di bawah perlindungan diplomatik. Pada Maret 2018, perdana menteri saat itu, Theresa May, mengusir 23 diplomat Rusia yang dituduh sebagai mata-mata, setelah peracunan Skripal dan putrinya, Yulia.
Pembunuhan terkenal tersebut dikabarkan menggunakan racun mematikan yang menyerang saraf, Novichok dan meskipun upaya tersebut tidak berhasil, seorang wanita yang kebetulan bersentuhan dengan botol yang berisi bahan kimia yang berbahaya tersebut pun terbunuh.