Advertisement
Categories: Wisata

Pawon Semar Ngarak Warak saat CFD

Advertisement

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Paguyuban Wong Semarang (Pawon Semar) berencana untuk menggelar kegiatan jalan sehat untuk memeriahkan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) alias Car Free Day (CFD) di kawasan Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Kegiatan yang rencananya akan diselenggarakan pada hari Minggu (20/8) akhir pekan nanti akan diisi kampanye sosialisasi Ngarak Warak. Sebuah kearifan lokal yang merupakan khas Semarang, Jawa Tengah.

Dalam keterangannya, Priyagung Satriono yang merupakan ketua panitia Ngarak Warak 2023 mengatakan, bahwa kegiatan tersebut tidak hanya sekadar jalan sehat saja. Akan tetapi ada kegiatan kerakyatan yang juga ikut memeriahkannya.

“Ngarak Warak adalah program acara jalan santai mengiring warak, bazaar kuliner semarangan, pertemuan komunitas semarangan,dan pembagian hadiah doorprize juga hiburan,” kata Priyagung dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis.com, Selasa (15/8).

Diterangkan dia, Warak adalah sebuah budaya milik Semarang yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBtB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, Intangible Cultural Heritage 2022.

Lantas apa sebenarnya definisi dari Warak tersebut, Priyagon menerangkan bahwa Warak adalah sebuah mahluk imajiner yang merupakan akulturasi tiga budaya, yakni Jawa, Arab dan China.

Budaya ini menurut dia sudah ada sejak ratusan tahun lalu sebelum berdirimya Kota Semarang.

“Kepala Warak menyerupai kepala naga yang merupakan budaya China, badan berbentuk unta yang merupakan budaya Arab, dan kaki kecil adalah kaki kambing yang merupakan salah satu ciri budaya Jawa,” papar dia.

Sejatinya, warak adalah simbol kerukunan antar sesama manusia yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Persatuan dan kerukunan ini yang sebenarnya ingin ditonjolkan.

Pawon Semar usai meeting persiapan Ngarak Warak.

“Ketiga suku Jawa, Arab dan China selama ratusan tahun hidup rukun berdampingan tanpa ada konflik. Menjadi sebuah kebiasaan turun-temurun dan menjelma menjadi budaya yang diilustrasikan dalam bentuk warak,” jelas Priyagung.

Baca selengkapnya di halaman kedua.

Page: 1 2

Share
Published by
Muhammad Ibnu Idris

Recent Posts

Hari Cello Internasional, 29 Desember : Begini Sejarahnya

Hari Cello Internasional diperingati pada 29 Desember setiap tahunnya. Hari raya tersebut juga sekaligus diperingati…

3 menit ago

Natal 2024 : KWI Ajak Umat Doakan dan Dukung Prabowo Majukan Indonesia

Ketua Presidium KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, mengajak rakyat Indonesia untuk mendoakan…

18 menit ago

Hasil Cagliari vs Inter Milan : Nerazzurri Bungkus Kemenangan 3-0 Tanpa Balas

Inter Milan berhasil mengandaskan perlawanan Cagliari pada lanjutan Liga Italia 2024/2025, dengan skor telak 3-0…

33 menit ago

RESEP : Sandwich Roti Gandum Keju, Sarapan Sehat dan Nikmat

Resep makanan kali ini ada Sandwich Roti Gandum Keju yang tentunya lezat, nikmat dan menyehatkan.…

48 menit ago

Kunci Gitar Lisztomania – Phoenix Chord

JAKARTA - Phoenix, band indie rock dari Prancis, kembali memikat pendengar dengan lagu "Lisztomania" yang…

2 jam ago

Ancol Tata Pedagang Asongan

JAKARTA - PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, tengah melakukan penataan pedagang asongan. Sebagai tahap uji…

2 jam ago