HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sebuah sekolah menegah di timur laut Kamboja terpaksa diliburkan usai ditemukannya ribuan bahan peledak dan amunisi sisa perang saudara.
Heng Ratana, Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Ranjau Kamboja mengatakan selama tiga hari, para penjinak ranjau telah menemukan lebih dari 2.000 bahan peledak, termasuk lebih dari 1.000 granat M79 di dalam sekolah menengah di Provinsi Kratie, seperti dikutip Holopis.com dari The Guardian, Senin (14/8).
Ratana mengatakan bahwa sisa-sisa bahan peledak ditemukan saat sekolah sedang membuka lahan untuk memperluas kebun dan ia juga mengabarkan bahwa sekolah akan ditutup untuk sementara waktu.
“Ini adalah keberuntungan besar bagi para siswa. Bahan peledak ini dapat dengan mudah meledak jika seseorang menggali tanah dan mengenainya,” tambahnya.
Area tersebut merupakan markas militer selama perang dan operasi pencarian ranjau untuk membersihkannya dari lahan tersebut akan mengungkap lebih banyak bahan peledak tersebut.
Seperti yang sebelumnya diketahui, Kamboja dikenal sebagai salah satu negara dengan ranjau darat atau bahan peledak terbanyak di dunia yang disebabkan oleh perang saudara yang terjadi pada tahun 1967 sampai 1975 di Kamboja.
Beberapa dekade setelah kejadian tersebut dan kampanye pengeboman Amerika Serikat yang dimulai pada tahun 1960-an, Kamboja masih tetap menjadi salah satu negara yang paling banyak di bom.
Efek dari kampanye pengeboman Amerika Serikat dan ladang ranjau yang tertinggal setelah perang telah lama dirasakan oleh masyarakat Kamboja dengan sekitar 20.000 kasus warga Kamboja yang terbunuh setelah menginjak ranjau darat selama empat dekade terakhir.
Pekerjaan pembersihan bahan peledak tersebut terus berlanjut hingga hari ini, dengan janji pemerintah untuk membersihkan semua ranjau dan persenjataan yang tidak meledak pada tahun 2025 mendatang.