HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tanggal 5 Agustus merupakan salah satu hari yang kelam bagi Bangsa Indonesia. Tepatnya pada 5 Agustus 2003, pukul 12.45 WIB dan 12.55 WIB, terjadi pengeboman di Hotel JW Marriott, Jakarta.
Peristiwa itu merupakan aksi bom bunuh diri, berasal dari mobil minibus jenis Toyota Kijang yang dikendarai langsung oleh seseorang bernama Asmar Latin Sani.
Akibat dari ledakan tersebut, dikabarkan 12 orang meninggal dunia, dan ada pun 150 orang lainnya mengalami luka-luka.
Diketahui, bahwa mobil Toyota Kijang tersebut membawa enam jeriken yang di dalamnya berisi bahan-bahan kimia yang sangat mudah terbakar.
Dari enam, dua di antaranya berisi trinitrotoluena (TNT), Research and Development Explosive (RDX), High Melting Explosive (HMX) dan Teril.
Sementara itu, empat lainnya berisi bensin yang bercampur minyak tanah.
Ledakan tersebut lantas cukup besar hingga menghancurkan restoran di JW Marriott itu sendiri yang memang di dalamnya banyak diisi orang asing.
Ketika itu, Irjen Makbul Padmanegara selaku Kapolda Metro Jaya dan Kapolri Jenderal Da’i Bachtiar menyebut, peristiwa pengeboman JW Marriott mirip dengan peristiwa ledakan bom Bali tahun 2002.
“Di tempat kejadian perkara (TKP), terdapat lubang lebar, ditemukan rangka mobil Kijang, mesin yang terlempar, radiator, dan bagian setir yang terlempar. Mirip bom Bali, yaitu bom meledak bersama mobil,” ungkap Kapolri Jenderal Da’i.
Di sisi lain, enam hari setelah kejadian, jaringan teroris al-Qaeda mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman JW Marriott.
Tak sampai situ saja, peristiwa pengeboman kembali terjadi pada tahun 2009 di JW Marriott dan Ritz Carlton.
Sama-sama aksi bunuh diri, dimana ketika itu menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 50 orang di sekitar (WNI dan WNA).