Advertisement
Categories: Pendidikan

Muhadjir Effendy Tuding Sistem PPDB Jadul Menguntungkan Pejabat dan Orang Berduit

Advertisement

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menko PMK Muhadjir Effendy mengklaim sistem zonasi di penerimaan peserta didik baru membuat sejumlah pihak menjadi tidak bisa menempatkan anak mereka di sekolah favorit.

Orang tertentu yang dimaksud Muhadjir itu tak lain adalah kalangan pejabat, serta para guru yang ingin anaknya bersekolah di sekolah favorit.

“Kompetisi bebas, siapa yang punya duit, sebagian memang karena pintar, sebagian karena punya jabatan. Kan dulu wakil rakyat banyak yang dapat kuota, punya kursi, punya hak memasukkan siapa saja di sekolah yang disebut favorit,” kata Muhadjir dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (23/7).

Dengan masalah seperti itu, mantan Mendikbud itu pun mengemukakan pendapatnya bahwa sistem zonasi lebih baik ketimbang sistem terdahulu yang banyak dengan manuipulatif.

“Kalau mau kembali ke sistem lama silakan. Kalau menurut saya perbaikilah sistem yang ada ini, silakan diubah kalau sudah tidak cocok dan memang seharusnya begitu, harus selalu ada evaluasi dan perbaikan,” pintanya.

Selain itu, Muhadjir juga memberikan sindiran keras kepada pemerintah daerah yang dianggap seharusnya paling bertanggung jawab dalam pengawasan sistem zonasi tersebut.

“Yang salah itu mestinya pemerintah daerahnya kenapa sudah enam tahun kok belum bisa menciptakan pemerataan pendidikan di tempatnya,” tegasnya.

Muhadjir kemudian mengajarkan salah satu hal mudah pengawasan sistem zonasi yang seharusnya bisa dilakukan pemerintah daerah. Caranya yakni dengan memetakan jumlah kursi di sekolah negeri, enam bulan sebelum pelaksanaan PPDB.

“Paling tidak enam bulan sebelumnya. Tidak hanya mendadak karena intake-nya sudah jelas yang mau masuk SMP itu kan anak kelas 6 SD di zona itu yang harus diprioritaskan,” jelasnya.

Muhadjir kemudian menambahkan, munculnya sistem zonasi bukanlah keputusan pemerintah secara sepihak, melainkan berdasar hasil kajian Balitbang Kemendikbud serta rekomendasi dari ombudsman.

“Jadi bukan perorangan, sehingga kalau memang mau dihilangkan silakan tapi juga harus melalui prosedur yang benar. Tidak ada klaim bahwa itu karya siapa,” tutupnya.

Share
Published by
Ronald Steven

Recent Posts

5 Tradisi Natal yang Berbeda di Setiap Negara

Setiap negara biasanya memiliki budaya masing-masing yang meriah dalam merayakan Hari Raya Natal, salah satunya…

3 jam ago

4 Tips Touch Up Setelah Keringetan karena Rayakan Natal Seharian

Meskipun riasan terlihat cantik di pagi hari, bukan tidak mungkin riasan kembali kusam dan luntur…

3 jam ago

Review Film : Home Alone, Film Natal yang Timeless

Siapa sih yang berlum pernah nonton Home Alone? Hampir semua generasi milenial, pasti pernah menonton…

4 jam ago

VIRAL : Demi Nonton di TV Baru, Mobil Ini Ngebut Sampai Bikin…

Saat membeli barang baru, tidak bisa dipungkiri kita memang menjadi senang dan ingin cepat-cepat pulang…

4 jam ago

Review Film : Home Alone 2 Lost in New York

Home Alone 2: Lost in New York, dirilis pada tahun 1992, melanjutkan petualangan Kevin McCallister…

4 jam ago

Keluarga Nadine Chandrawinata Hiasi Pohon Natal yang Ditanam dari Kecil

Ada yang berbeda pada perayaan natal keluarga Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara. Pada natal 2024…

5 jam ago