“Harus semua elemen yang punya tujuan pemilu damai. Polisi mau ditaruh sampai level RT kalau keinginan tidak ada agar pemilu damai maka pemilu tidak akan berlangsung damai,” kata Fernando.
Kemudian, menurut dia, aktor politik juga harus berperan aktif dan harus memiliki keinginan bahwa pemilu akan damai netralitas kepolisian, TNI, ASN, penyelenggara pemilu juga diwajibkan netral supaya tidak mengganggu stabilitas keamanan di masyarakat.
Pada pemilu kemarin, pengamatan Fernando, justru ketidaknetralan tersebut diduga banyak terjadi di kalangan ASN. Kemudian tentang isu SARA, ditegaskan dia, dapat menjadi pemicu pemilu tidak damai.
“Hoaks kemudian SARA karena bagaimanapun juga isu agama itu yang sangat riskan untuk membuat konflik di masyarakat,” tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa dalam menjaga ketertiban dan keamanan serta pertahanan bukan hanya tugas TNI-Polri.
“Sehingga capaian yang diwujudkan dengan polisi-polisi yang ditempatkan sebagai Polisi RW sehingga bisa terwujud pemilu damai yang akan datang,” katanya.
Masih dalam kesempatan yang sama, direktur eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto juga menilai bahwa peran dan fungsi Polisi RW harus kembali kepada filosofi kepolisian itu sendiri, yakni menjaga keamanan dan ketertiban.
“Menjaga pemilu damai, kepentingannya dari, oleh dan untuk masyarakat. Pemaknaan ini sebagai jembatan komunikasi masyarakat dan kepolisian menjaga kondusifitas,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa pemilu selayaknya harus dilakukan secara riang gembira. Siapapun pemenangnya, kata dia, tujuannya adalah untuk Indonesia raya.
Hari menegaskan lagi bahwa menjaga kondusifitas keamanan tidak hanya satu insititusi atau satu kelompok.
“Jadi ketika munculnya Polisi RW ini saya juga beri catatan jangan berorientasi kepada proyek. Mau judulnya apapun yang utama adalah keamanan dan ketertiban,” tegasnya.
“Polisi RW ini juga bisa jadi kekuatan rakyat juga, tinggal bagaimana kita memaknai ini terutama di lingkungan. Pemilu ini gak perlu dibikin momok yang menakutkan. Namanya pemilu ya kita bikin aja riang gembira,” sambungnya.
Baca selengkapnya di halaman ketiga.