HOLOPIS.COM, PAPUA – Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengklaim bahwa dirinya tidak mengetahui asal muasal ide uang tebusan Rp 5 miliar demi membebaskan pilot Susi Air, Philips Mark dari sekapan KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Laksamana Yudo kali ini malah mempertanyakan siapa yang pertama kali menghembuskan informasi yang disampaikan oleh Kapolda Papua tersebut.
“Makanya saya tanya media dari mana isu itu berasal. Waktu itu ada yang tanya di (Kantor) Wapres, aku juga nggak dapat info,” kata Yudo dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Kamis (13/7).
Pasalnya, mantan Kepala Staf Angkatan Laut itu berdalih bahwa upaya pembebasan hanya dilakukan melalui negosiasi damai yang dilakukan pemerintah daerah bersama tokoh agama.
“Yang jelas tetap mengutamakan negosiasi damai karena kita tidak mau jatuh korban di pihak masyarakat. Karena pasti yang jadi korban adalah masyarakat kalau TNI menggunakan kekuatannya,” klaimnya.
Menurut Yudo, sejauh ini pihaknya terus memonitor proses negosiasi yang dilakukan Pj Bupati Nduga.
Yudo malah menuding media terlalu membesar-besarkan hal sensitif berkaitan dengan proses pembebasan Pilot Susi Air sehingga menghambat proses negosiasi.
Sebelumnya diberitakan, panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengakui dirinya menyetujui rencana pemberian Rp 5 miliar untuk membebaskan pilot Susi Air, Philips Mark.
Laksamana Yudo mengatasnamakan keselamatan dengan menyerahkan uang sebesar itu kepada kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
“Kalau permintaannya itu kita penuhi demi keselamatan semuanya,” kata Yudo beberapa waktu lalu.
Yudo menolak jika pemberian uang itu menjadi preseden buruk bagi pemerintah karena menyerah kepada KKB. Sebab, uang sebesar Rp 5 miliar itu tidak ada artinya jika dibandingkan keselamatan Philips Mark.
“Kita lebih pada kemanusiaan, kalau kemanusiaan kan nggak ada harganya, nggak bisa dihargai berapapun apabila ini menyangkut keselamatan nyawa manusia baik pilot maupun warga sekitar,” klaimnya.