HOLOPIS.COM, LAMONGAN – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menyebut bahwa Pesantren adalah variabel yang sangat penting di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal ini disampaikan Mahfud MD saat menjadi keynote speech Halaqah Ulama Nasional yang diselenggarakan oleh Rabithah Ma’had Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan tema Pesantren Sebagai Bagian dari Sistem Pendidikan Nasional : Membangun Jembatan Pesantren dengan Pendidikan Umum di Pondok Pesantren Drajat, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (12/7).

“Tidak dapat dibantah oleh siapa pun bahwa peranan Pesantren sangat besar artinya dalam berdirinya NKRI, baik perannya di dalam menyusun Ideologi atau pedoman hidup bersama dalam bernegara maupun secara fisik, kemudian merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,” kata Mahfud MD.

Tidak hanya sebagai bagian dari pendirian Negara, Pesantren juga menjadi bagian penting dari merawat dan memajukan Indonesia menjadi lebih besar dan tangguh lagi, khususnya di sektor pendidikan.

Aspek ini juga merupakan bagian dari peranan penting tokoh Islam sekaligus pendiri ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU), yakni Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari dengan organisasi yang dikomandonya, yakni Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Kala itu, Mbah Hasyim Asyari merupakan Ketua Majelis Syuro.

“Pondok Pesantren punya peran besar, karena sebelum berdiri dan merdeka, Indonesia itu dulu organisasi yang menghimpun ormas-ormas Islam namanya Masyumi yang dipimpin oleh Kiai Hasyim Asyari, pada bulan Februari 1945 membuat 2 keputusan penting,” jelasnya.

Dua keputusan itu yakni pembentukan Hizbullah yang menjadi cikal bakal tentara Indonesia yang saat ini. Serta pendirian sekolah tinggi Islam yang diresmikan pada tanggal 8 Juli 1945.

“Pertama, umat Islam akan membentuk Hizbullah, tentara dari kalangan rakyat untuk melawan penjajah. Ini menjadi cikal bakal tentara kita,” papar Mahfud.

“Kedua, mendirikan Sekolah Tinggi Islam, 8 Juli 1945 di Gondangdia Jakarta dengan membuka 2 Fakultas, yakni agama dan sosiologi,” sambungnya.

Pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI) ini yang menjadi cikal bakal dari keberadaan Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Dan inilah salah satu kontribusi besar dari kalangan Pesantren untuk perkembangan Indonesia menurut Mahfud MD.

“Ketika pemerintah hijrah ke Jogja, maka STI ini pindah juga ke Jogja karena ketua perguruan tinggi Mohammad Hatta Wapres pindah juga ke Jogja. Dan sekarang STI itu menjadi UII di Jogja. Itu kreasi kiai Hasyim Asyari,” papar Mahfud.

Baca selengkapnya di halaman kedua.