HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tenaga Profesional Bidang Politik Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional), Gusnar Ismail mengingatkan tentang pentingnya merawat Pancasila sebagai ideologi dan falsafah berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Hal ini disampaikan Gusnar dalam Simposium Nasional Demokrasi Pancasila oleh Kelompok Cipayung Plus DKI Jakarta yang diselenggarakan di Gedung Joeang 1945, Menteng, Jakarta Pusat pada hari Rabu (21/6).
Pentingnya penerapan Pancasila ini menurut Gusnar juga sangat penting bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum pemuda dan Mahasiswa untuk menjaga kondusifitas pesta demokrasi Pemilu 2024 mendatang.
“Saya mengajak kita sekalian untuk melihat kembali ideologi Pancasila yang harus kita praktekkan dalam pelaksanaan demokrasi, khususnya pelaksanaan pemilu,” kata Gusnar seperti dikutip Holopis.com.
Diterangkan Gusnar, bahwa Pancasila tidak hanya sekadar mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi, tapi juga tetap mengedepankan nilai-nilai fundamental, yakni kerakyatan.
“Demokrasi itu harus berdasarkan nilai demokrasi Pancasila dan memiliki nilai salah satunya yaitu nilai kerakyatan,” terangnya.
Dalam menjalankan sistem demokrasi, semua bangsa dan negara terikat dengan unsur permusyawaratan dan mufakat. Pemilihan kesimpulan dan keputusan adalah berbasiskan musyawarah dengan suara terbanyak. Dan inilah yang dijalankan dalam esensi pemilu, harus diutamakan unsur kerakyatan dengan sistem permusyawaratan permufakatan demi mencapai kesepakatan bersama.
“Demokrasi Pancasila itu ciri khasnya adalah demokrasi pemilihan langsung, yang mana harus dalam proses musyawarah mufakat,” ujarnya.
Dalam menerapkan sistem demokrasi, Gusnar yang juga Ketua Majelis KAHMI Gorontalo periode 2001 – 2006 ini pun mengingatkan, bahwa tidak boleh ada unsur yang mengutamakan mayoritas dengan menafikkan minoritas. Dalam sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia, sebenarnya semua warga bangsa memiliki hak yang sama, yakni untuk menyuarakan ide, gagasan dan pemikiran serta tindakannya.
Pun demikian, demokrasi yang bisa dimaknai sebagai kebebasan dan kemerdekaan ini tetap harus mematuhi batasan-batasan khusus, yakni menghargai hak orang lain.
“Demokrasi Pancasila itu tidak mengenal dominasi mayoritas maupun minoritas. Kita berhak mengeluarkan ide-ide yang terbaik terhadap bangsa dan negara ini agar menjadi acuan untuk kita kerjakan secara bersama-sama,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu pula, Gusnar yang juga mantan Gubernur Gorontalo tersebut senang dengan keberadaan para Mahasiswa lintas organisasi yang tergabung di dalam Kelompok Cipayung Plus itu.
Ia menilai bahwa para Mahasiswa dan aktivis tersebut adalah orang-orang yang sebanarnya menjadi aset bangsa dan negara untuk melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan.
“Saya terus terang sangat bersyukur saat ini bisa bergabung hampir semua organisasi kemasyarakatan, salah satunya di kelompok di Cipayung Plus ini, karena ini menjadi sebuah potensi bangsa yang akan juga turut menentukan arah bangsa ini agar tetap konsisten menuju cita-cita yang sudah diamanatkan pada pembukaan undang-undang dasar 45, dengan apa yang kita kenal sebagai demokrasi Pancasila,” punglasnya.