HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) RI melaporkan neraca dagang Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Mei 2023, yakni sebesar US$440 juta.
“Kami mencatat bahwa neraca perdagangan ini sampai Mei 2023 telah surplus selama 37 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Edy Mahmud dalam keterangan pers yang dikutip Holopis.com, Kamis (15/6).
Namun, BPS mencatat bahwa surplus pada periode ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan surplus periode sebelumnya, yakni April 2023 yang sebesar US$ 3,94 miliar. Bahkan, surplus ini terendah sejak April 2020.
Lebih lanjut, Edy kemudian menjelaskan, bahwa anjloknya surplus neraca dagang ini dipicu oleh kenaikan impor yang lumayan besar pada Mei 2023.
Edy mengatakan, nilai impor Indonesia Mei 2023 naik 14,35 persen dibandingkan Mei 2022. Sementara itu, impor nonmigas Mei 2023 naik 18,94 persen dibandingkan Mei 2022.
“Dalam 3 tahun terakhir ini seperti yang terjadi di ekspor, ternyata juga setelah pasca libur Lebaran impor juga selalu menunjukkan pola meningkat,” ungkap Edy.
Secara bulanan, peningkatan impor terbesar terjadi untuk kelompok mesin dan peralatan mekanik serta bagiannya, yang bertambah US$ 1,06 miliar, atau meningkat 52,39 persen.
“Kalau kita perhatikan berdasarkan negara asal barang dari Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan, jadi mesin dan peralatan mekanik terutama didatangkan dari Tiongkok, Jepang dan Korsel,” ungkapnya.
Adapun, secara tahunan, impor yang mengalami kenaikan tinggi yakni barang modal. Bahkan, kenaikannya mencapai 60,30 persen menjadi US$ 3,90 miliar.
Sementara itu, impor secara kumulatif Januari – Mei 2022 mencapai US$ 91,58 miliar atau turun 3,78 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.