HOLOPIS.COM, JAKARTA – BMKG ( Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) mengatakan fenomena El Nino, semakin menguat dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif.
Kondisi tersebut menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati akan memicu kekeringan di Indonesia pada musim kemarau. Sebelumnya, dua fenomena tersebut telah diprakirakan BMKG pada Maret 2023.
Dwikorita menjelaskan, fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik, dan Indian Ocean Dipole yang dipengaruhi suhu di Samudra Hindia, di mana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini.
“Diprediksi pada semester 2 ini dapat berdampak pada semakin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini,” jelasnya dalam keterangan yang dikutip Holopis.com, rabu (7/6).
“Bahkan sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya,” sambungnya.
Ia menambahkan, kedua fenomena itu harus diantisipasi karena saling menguatkan. Sejak bulan Mei 2023 hingga saat ini, fenomena yang terkait dengan suhu muka air laut di Samudra Pasifik mengalami perubahan yang yang mengarah pada El Nino pada Juni 2023 yang berakibat semakin menghangat kawasan itu.
“Anomali temperatur di Samudra Pasifik ini semakin meningkat ya, saat ini sudah mencapai angka 0,8 dan sudah dekat dengan 1. Kalau sampai menyentuh angka 1 berarti El Nino moderat, saat ini masih 0,8 di bawah 1 itu El Nino-nya lemah, namun ada tren untuk segera memasuki moderat,” jelasnya.
Hal itu mengindikasikan intensitas semakin menguat dengan peluang lebih dari 80 persen sehingga ENSO Netral beralih menuju fase El Nino.
Selain itu, katanya, gangguan iklim juga terjadi di Samudra Hindia yaitu IOD yang dikontrol oleh suhu muka air laut di Samudra Hindia saat ini berada pada fase arah menuju fase positif mulai Juni hingga Oktober mendatang.
