HOLOPIS.COM, JAKARTA – Peringatan reformasi yang sudah genap berusia seperempat abad cukup marak. Beberapa entitas organisasi mahasiswa yang terlibat dalam penggulingan rezim Soeharto memperingatinya dengan berbagai kegiatan. Ada yang melakukan longmarch, berkumpul hanya sekedar beromantisme, melakukan evaluasi terhadap agenda perjuangan yang belum terealisasi, dan lain sebagainya.
Namun, ada hal yang menarik dari momentum lengsernya penguasa Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun itu. Beberapa tokoh gerakan ’98 memilih untuk mendirikan Yayasan 98 Peduli. Alasan membentuk organisasi itu adalah jawaban untuk menjalankan agenda reformasi yang selama ini gagal dijalankan oleh rezim.
Aktivis 98, Sangap Surbakti, menjelaskan, Yayasan 98 Peduli adalah wadah gerakan kemanusiaan dan sosial, serta menjadi kontrol terhadap kebijakan pemerintah dalam bidang budaya, demokratisasi, agama, HAM, gender, ekonomi, sosial dan politik.
“Melalui Yayasan 98 Peduli, kami mencoba mencari solusi akan persoalan-persoalan ekonomi, sosial, hukum, mencoba mencari simulasi dan informasi yang baru Informasi yang baru,” ujar Sangap Surbakti dalam acara bertajuk ‘Menggugat Reformasi’ di Jakarta Selatan, Minggu (21/5) seperti dikutip Holopis.com.
Jika dahulu perjuangan dilakukan dengan berteriak atau demonstrasi, kini aktivis 98, kata Sangap, mencoba menuntut dengan cara yang baru, yakni turut memberikan solusi terhadap Pemerintah. Dia menambahkan Yayasan 98 Peduli berfokus pada kemanusiaan dan sosial.
Terkait latar belakang dibentuknya Yayasan 98 Peduli, dia mengakan gerakan moral, dan kemanusiaan menjadi pendorong utama.
“Kemanusian adalah panduan dalam bergerak. Mustahil seseorang yang mengatasnamakan agama, politik, tetapi meniadakan nilai-nilai kemanusiaan,” kata alumnus Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu.
“Kemanusiaan adalah panduan untuk bergerak,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi menambahkan, launching Yayasan 98 adalah bagian dari tanggung jawab sejarah yang sudah ditorehkan bersama. Budi menyatakan demokratisasi di Indonesia belum secara ideal bertumbuh, sehingga perlu banyak pembenahan-pembenahan.
“Harus memberikan kontribusi bagi kemajuan indonesia, kualitas demokratis yang maju, Indonesia juga bisa jadi negara maju. Itulah sumbangsih dan tanggung jawab moral dari teman-teman Yayasan 98 Peduli,” tandasnya.