Lalu, Halili juga menyarankan agar Kemdikbudristek dan Kementerian Agama (Kemenag) membentuk sebuah instrumen pembinaan yang efektif bagi guru-guru Agama dan guru Pendidikan Kewarganegaraan.
“Termasuk memberikan fasilitas peningkatan kualitas pengajaran sehingga semakin kontributif pada pemajuan toleransi di sekolah,” ucapnya.
Dan terakhir, Halili juga menyarankan agar Kemdikbudristek dan Kemenag merespons masih tingginya kategori siswa yang intoleran aktif dan terpapar radikalisme, dengan membentuk instrumen pengawasan, pembinaan, dan desain respons yang demokratik atas fakta intoleransi yang melekat pada guru, tenaga kependidikan, dan siswa.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa data survei SETARA Institute tersebut diambil dalam rentang waktu bulan Januari – Maret 2023 dengan melibatkan 947 responden yang merupakan pelajar SMA di 5 (lima) daerah, antara lain ; Bandung, Bogor, Surabaya, Surakarta dan Padang.
Survei ini menggunakan metodologi purposive sampling yang memiliki margin of error (MoE) sebanyak 3,3% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.