HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyampaikan sejumlah hal terkait upaya pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, baik itu hambatan maupun target yang harus dipenuhi.

Dalam paparannya di Rakornas Pelaksanaan Anggaran 2023 di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suharso menyampaikan, bahwa pemerintah kini tengah mengejar target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Dalam RPJMN tersebut, lanjut Suharso, juga selaras dengan rencana pemerintah jangka panjang (RPJP) untuk menuju Indonesia Emas 2045. Namun sayangnya dalam realisasinya, masih terdapat sejumlah hambatan, salah satunya yakni total faktor produktivitas Indonesia yang terbilang masih sangat rendah.

“Dalam hampir 20 tahun terakhir ini Indonesia itu total faktor productivity-nya rendah bahkan minus. Itu juga yang mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi kita tidak pernah beranjak atau mendekati dari potensialnya,” kata Suharso dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Rabu (17/5).

Untuk meningkatkan hal tersebut, pemerintah harus menggenjot industri manufaktur. Namun hingga saat ini, kontribusi dari sektor manufaktur Indonesia masih berada di bawah 20 persen.

“Padahal salah satu syarat menjadi negara industri itu, kontribusi dari sektor industri manufaktur itu 20 persen. Kita berharap kita bisa sampai 30 persen,” ucapnya.

Dia pun membeberkan hal yang harus dicapai Indonesia untuk menggapai tujuan Indonesia Emas 2045, adalah Indonesia harus keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap).

Dia pun berharap, gini ratio per kapita Indonesia pada 2045 dapat mencapai US$22.000, dari yang saat ini hanya sebesar US$4.300.

“Awalnya dalam perhitungan kami kira-kira 2036 kita lepas dari middle income trap, tapi karena akibat COVID dan sebagainya kita akan mundur mungkin 2038 paling cepat, tapi mungkin 2041. Mudah-mudahan jangan (sampai) 2045, kita berharap 2045 kita jauh lebih baik lagi,” imbuhnya.

Suharso lantas menargetkan, realisasi RPJMN 2020-2024 bisa mencapai 80-90 persen, dari yang saat ini tercatat sebanyak 69 persen.

“Ini salah satu contoh bagaimana kita ingin supaya yang 69 persen itu pada tahun 2024, bisa 80 persen atau 90 persen dari 505 indikator,” pungkasnya.