HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro menilai bahwa kalangan intelijen negara harus benar-benar mengikuti dan memahami perkembangan teknologi digital, sehingga intelijen tidak hanya sekadar menguasai, tapi juga mampu melakukan inovasi-inovasi untuk mendukung kerja-kerja mereka.
“Intelijen Negara perlu inovasi digital,” kata Ngasiman dalam keterangannya kepada Holopis.com, Senin (8/5).
Pria yang karib disapa Simon tersebut menyampaikan, bahwa di dalam berbagai aspek di dunia ini, spionase kerap sekali terjadi di mana-mana. Mulai dari penggunaan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), kampanye disinformasi yang canggih, dan aliran data yang berlipat ganda setiap dua tahun.
Oleh sebab itu, badan intelijen perlu menanggapi peluang dan tantangan yang disajikan oleh teknologi baru dan ekosistem digital yang terus berubah.
“Sudah seharusnya intelijen negara mulai mengintegrasikan kemampuan digital pada seluruh misi yang dijalankan secara inovatif,” ujarnya.
Penulis buku “Intelijen di Era Digital” tersebut memberikan pemaparan, bahwa dunia intelijen acapkali dipersepsikan sebagai sisi gelap dalam kehidupan bernegara dan pergaulan internasional. Akan tetapi sesungguhnya intelijen adalah seni tentang kemungkinan atau probabilitas.
“Kesuksesan di dunia intelijen membutuhkan kreativitas, kecerdikan, tekad, dan optimisme. Saya mengurai tentang kemungkinan di dunia siber dan digital dalam buku tersebut,” tuturnya.
Lebih lanjut, akademisi yang juga Rektor Institute Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta tersebut menyampaikan, bahwa Intelijen di era transformasi digital adalah perpaduan multidisiplin: serangan dunia maya, keamanan digital, pengumpulan sumber terbuka, ilmu data, AI, dan teknologi informasi. Ia menekankan bahwa semua itu penting untuk meningkatkan sistem deteksi dini bagi intelijen negara.
Maka dari itu, ia menekankan bahwa kemampuan digital di seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) intelijen negara menjadi sangat penting.
“Adalah penting mengintegrasikan operasi manusia, teknis, dan digital dalam skala besar, untuk melawan musuh secara cepat. Untuk mewujudkannya, intelijen negara dituntut untuk meningkatkan ketajaman digital seluruh SDM-nya,” tutur Simon.
Terlebih dalam menghadapi Pemilu 2024, kemudian berbagai momentum penting seperti KTT ASEAN Summit 2023 yang akan digelar di Labuan Bajo tanggal 9-11 Mei 2023 nanti, semuanya sangat mungkin dijadikan sebagai ladang untuk melancarkan aksi gangguan dan ancaman terhadap Keamanan Nasional, seperti provokasi kebencian terhadap negara dan provokasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan antar anak bangsa.
“Maka dari itu, inovasi intelijen digital diharapkan mampu mengantisipasi itu semua sebelum terjadi,” tegasnya.
Page: 1 2
JAKARTA - Konsultan Keamanan Siber, Teguh Aprianto mengaku sejak awal sudah meragukan klaim Bashe, saat…
Boston Celtics gagal mempersembahkan kado natal bagi para pendukungnya usai kandas di tangan Philadelphia 76ers…
JAKARTA - Juru bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto menyampaikan bahwa ada 2 (dua) orang yang…
Hal unik diunggah fans Arsenal di media sosial dalam perayaan Natal tahun ini, dimana sejumlah…
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis informasi terkini perihal prakiraan cuaca Jateng (Jawa Tengah)…
JAKARTA - Mantan politisi Partai NasDem, Akbar Faizal mengingatkan kepada Mahkamah Agung agar bersikap pada…