HOLOPIS.COM, JAKARTA – Panglima TNI melakukan mutasi besar-besaran di internalnya, termasuk sejumlah pejabat yang belakangan aktif melakukan penanganan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.
Kapuspen TNI Laksda Julius Widjojono membantah bahwa mutasi tersebut dilakukan dari hasil evaluasi meninggalnya sejumlah prajurit TNI Angkatan Darat saat penyelamatan pilot Susi Air.
“Mutasi adalah rotasi rutin yang sudah direncanakan,” kata Julius saat dihubungi Holopis.com, Kamis (4/5).
Mutasi itu pun diketahui dialami oleh Komandan Korem (Danrem) 172/Praja Wira Yakthi Kodam XVII/Cenderawasih Brigjen Juinta Omboh Sembiring yang digantikan oleh Kolonel Inf Dedi Hardono yang sebelumnya menjabat Pamen Denmabesad.
Tak tanggung-tanggung, Sembiring kemudian malah ditempatkan di jabatan Pa Staf Ahli Tingkat II Kepala Staf Angkatan Darat Bidang Sosial Budaya.
Kemudian, posisi Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Muhammad Saleh Mustafa harus digeser kepada Mayjen Izak Pangemanan yang sebelumnya menjabat Kepala Staf Kogabwilhan III.
Saleh Mustafa kemudian diketahui diparkir pada posisi Pa Staf Ahli Tingkat III KSAD Bidang Sosbudkum HAM dan Narkoba.
Selanjutnya, Pangkogabwilhan III Letjen I Nyoman Cantiasa dimutasi menjadi Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (Koorsahli KSAD).
Posisi Pangkogabwilhan III akan diisi Mayjen Agus Suhardi yang sebelumnya menjabat Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI. Dengan demikian, pangkat Agus akan naik menjadi bintang tiga (Letjen).
Mutasi itu tertera dalam Keputusan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor Kep/426/IV/2023 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI tertanggal 27 April 2023.
Diketahui sebelumnya bahwa lima prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) gugur ditembak Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4).
Penyerangan itu terjadi saat 36 prajurit dari Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna melakukan operasi pencarian pilot pesawat Susi Air, Philips Mark Methrtens.
Akibat penyerangan itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menaikkan status siaga tempur di wilayah Nduga.