HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pihak TNI menegaskan bahwa selama ini mereka sudah cukup bersabar dalam melakukan pendekatan untuk membebaskan pilot Susi Air dari sanderaan KKB.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksda TNI Julius Widjojono mengatakan, pemisahan kelompok separatis dari para warga yang tidak terlibat pun sudah lama dilakukan.
“Patut dicatat, metode-metode dengan pendekatan soft aproach, pendekatan hukum, sudah dan terus dilakukan. Pemisahan penduduk dan separatis juga dilakukan. Bukankah metode ini sudah berjalan sangat lama?” kata Julius dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Selasa (19/4).
Oleh karena itu, dengan penerapan status siaga tempur pun sebenarnya sudah tepat untuk dilakukan meski itu hanya berlaku untuk daerah yang sudah dianggap sangat rawan.
“Peningkatan siaga tempur dilakukan hanya di daerah-daerah rawan. Daerah yang ditandai sebagai pusat-pusat operasi mereka,” tegasnya.
Julius menuturkan, meski berstatus siaga tempur di daerah operasi KKB, namun kekuatan alutsista dan persenjataan TNI tak berubah.
“Adapun secara fisik, kekuatan alut (alat utama sistem senjata/alutsista) dan persenjataan tidak ada perubahan,” tegasnya.
Mengutip perintah Panglima TNI, Julius menegaskan hal ini didasari ulah KKB yang semakin agresif, dan dinilai tak terkendali. Serangan menceritakan kebrutalan KKB.
“Hal ini dilakukan mengingat agresifitas KST (kelompok separatis teroris) makin tidak terkendali. Testimoni perilaku KST disampaikan langsung prajurit yang selamat. Setiap individu yang mampu berada di sisi prajurit tersebut mungkin akan lebih paham,” ujarnya.
“Kisah lain dari pengakuan prajurit terdepan dihadapkan dengan taktik tempur mereka, dengan menggunakan ibu-ibu dan anak-anak untuk tameng dan merebut senjata TNI,” sambungnya.
Seperti diketahui, 1 prajurit gugur, 4 luka-luka, dan 4 lainnya hilang dalam serangan KKB di Nduga, Papua Pegunungan akhir pekan lalu.