HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa tektonik dengan magnitudo M4,9 dan M5,0 mengguncang wilayah Samudera Hindia Selatan Bali pada Senin pagi tadi.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, bahwa gempa tersebut merupakan jenis gempabumi dangkal yang dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng.
Hal itu diketahui dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, dimana episenternya terletak pada koordinat 9,60° LS ; 115,11° BT dan 9,65° LS ; 115,10° BT, atau di laut pada jarak 86 Km arah Selatan Kota Denpasar, Bali, dengan kedalaman 49 km dan 50 km.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Daryono dalam keterangan pers yang diterima Holopis.com, Senin (10/4).
Gempabumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Kuta, Denpasar, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dengan skala intensitas III MMI (terasa getaran seakan akan truk berlalu).
Kemudian daerah Kuta Selatan, Karangasem, dan Sumbawa Barat dengan skala intensitas II – III MMI (getaran seakan akan truk berlalu).
Daryono pun memastikan tidak ada potensi tsunami akibat gempa yang sempat menghebohkan warga Pulau Dewata itu.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami,” tegasnya.
Hingga pukul 08.10 WIB tadi, Daryono menyebut pihaknya belum menemukan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
Meski begitu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diminta untuk menghindar dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” pungkas Daryono.