HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tokoh nasional Rizal Ramli meyakini Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri tak akan tergoda untuk memilih figur-figur yang kerap ditampilkan lembaga polling dalam hasil survei elektabilitas calon presiden di Pilpres 2024, baik itu Anies Rasyid Baswedan maupun Ganjar Pranowo.
Menurut Rizal Ramli, Megawati adalah sosok pemimpin yang selalu belajar dari pengalaman. Salah satunya adalah pernah terkecoh dengan hasil survei yang mempresentasikan Jokowi effect pada Pilpres 2014 akan meningkatkan elektabilitas PDIP secara signifikan.
Padahal, kata Rizal Ramli, hasil survei tersebut sudah diatur oleh oligarki di belakang Jokowi yang membayar sembilan lembaga polling.
“Mbak Mega waktu itu sebenarnya masih mau maju Pilpres sampai last minute. Kemudian datanglah sembilan perusahaan polling yang sudah dibayar oligarki. Yang pertama bilang sama Mega dan Taufiq, ‘Mbak Mega, mohon maaf, kalau Mbak Mega yang maju, kalah. Tapi kalau PDIP dukung Jokowi pasti menang jadi Presiden. Yang kedua ada bonus ‘Jokowi effect‘, elektabilitas PDIP akan nambah ke 33 persen’,” ungkap Rizal Ramli dalam acara tiga tahun YouTube Channel Reffly Harun seperti dikutip Holopis.com di Resto Al-Jazeerah, Jl. Raden Saleh, Jakarta Pusat, Sabtu (18/3).
Rizal Ramli menambahkan, bujuk rayu tersebut tidak hanya datang dari satu lembaga survei saja. “Lama-lama Mbak Mega dan Bang Taufiq mulai goyang dan memberikan tiket capres ke Jokowi setelah mendengarkan presentasi sembilan perusahaan polling tersebut,” tutur Rizal.
“2014 Jokowi betul terpilih sebagai Presiden. Tapi, elektabilitas PDIP hanya naik dari 16,5% ke 18,5%, artinya hanya naik 2 persen, bukan 16 persen seperti yang digembar-gemborkan lembaga survei. Kagak ada Jokowi effect dan lain-lain,” ungkap Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini.
Tak berhenti di situ. Rizal Ramli juga mencontohkan hasil survei Gubernur DKI Jakarta 2017 yang mencatat elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tertinggi dibanding Anies Baswedan.
Ternyata, sambung Rizal Ramli, polesan hasil survei lembaga polling yang telah dibayar pihak di belakang Jokowi, termasuk Luhut Binsar Panjaitan meleset semua.
“Perusahaan polling yang naikin nama Ahok, Abang (Luhut Binsar Panjaitan) yang bayar semua? Terus Abang percaya hasilnya? Mohon maaf Bang, Ahok kalah,” kata Rizal mengisahkan ketika ia berkomunikasi dengan Luhut yang disebut memobilisasi orang-orang di sekitarnya untuk mengampanyekan Ahok.
Alhasil, prediksi Rizal terbukti, sebab nyatanya Ahok kalah dari Anies Baswedan. Menurut Rizal, pola memoles elektabilitas dan popularitas dengan perusahaan polling berbayar ini kembali diulangi oligarki untuk menyokong Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
“Nah, ini diulangi lagi sama Ganjar, dia sewa lagi perusahaan polling berbayar, sewa lagi media, kelihatannya hebat banget,” terang Rizal.
“Tapi masalah Indonesia ini kan terlalu kompleks, kita butuh orang-orang yang mengerti masalah, amanah, punya integritas buat nyelesaikan masalah, bukan Pangeran TikTok,” tandas Rizal Ramli.